Jakarta, Gatra.com – Ketika siklus menstruasi (haid) sedang tidak teratur, biasanya wanita merasa penyebabnya adalah karena faktor stres. Namun, ketidakteraturan tersebut bisa jadi salah satu tanda terjadinya sindrom ovarium polikistik (SOPK).
“Awalnya kan memang kalau telurnya tidak berkembang, sudah pasti siklus menstruasinya juga tidak teratur. Kadang-kadang, setelah tiga bulan baru menstruasi. Jadi, gejala awalnya bisa dilihat dari pola menstruasi yang tidak teratur. Ada yang menyangka itu karena stres, tapi tetap harus diperiksa melalui Ultrasonography (USG),” kata Staf Dosen STIK Siti Khadijah Program Studi D3 Kebidanan Palembang, Rina Puspita usai sidang terbuka program doktoral di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (12/7).
Diketahui, dalam penelitian disertasinya, Rina menjelaskan bahwa SOPK merupakan salah satu kelainan endokrin yang paling umum menyerang reproduksi wanita. Sindrom ini kerap ditemukan pada wania yang gemuk atau obesitas, karena erat kaitannya dengan produksi insulin yang berlebih.
“SOPK ini ada hubungannya dengan insulin. Insulinnya tinggi menyebabkan resesi insulin. Makanya, banyak orang-orang gemuk yang sudah pasti insulinnya tinggi. Ciri utamanya memang gemuk dan punya kumis tipis. Tapi, kasusnya di Indonesia sendiri jarang kelihatan, harus cek hormon. Kita harus waspada. Biasanya kan terjadi sama yang orang-orang gemuk, tapi ternyata bisa juga terjadi sama yang kurus,” ungkapnya.
Meskipun bukan penyakit yang mematikan, SOPK banyak terjadi pada wanita usia subur yang menyebabkan sulit hamil. Biasanya, setelah diperiksa melalui USG, terlihat ovariumnya kecil dan tidak matang. Sehingga, penderita SOPK perlu mendapat pengobatan dengan menormalkan hormon agar telurnya matang dan bisa dibuahi.
Lebih lanjut, Rina mengatakan, SOPK ini bisa memiliki kista yang jika dibiarkan terlalu lama akan berdampak buruk. “Jadi ya harus segera diberikan penanganan, karena kalau manifestasinya terlalu panjang akan berpotensi kanker,” sambungnya.