Solo, Gatra.com – Saat ini banyak jalur kereta api di Jawa Tengah yang tidak aktif. Pemerintah coba mengaktifkan lagi jalur lawas itu, tapi KAI belum tentu setuju.
Dirjen Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kementerian Perhubungan Danto Restyanto mengatakan saat ini jumlah jalur kereta api aktif di Jawa Tengah mencapai 874,44 kilometer. Adapun jalur kereta api yang tidak aktif sepanjang 733,9 km.
”Jumlahnya hampir sebanding antara panjang jalur yang aktif dan yang tidak aktif. Makanya pemerintah berencana untuk reaktivasi,” ucap Danto saat ditemui di Solo, Rabu (10/7).
Baca Juga: Pembangunan Stasiun dan Rel KA Bandara Adi Soemarmo Dikebut
Jalur itu akan diaktifkan lagi melalui program pengembangan perkeretaapian regional yakni di Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) dan Kedungsepur (Kendal-Demak-Ungaran-Semarang-Purwodadi). Pemerintah juga akan meaktifkan jalur kereta api lintas Purwokerto-Wonosobo.
Selain itu, reaktivasi juga menyasar jalur lintas Semarang-Demak-Kudus-Pati-Juwana-Rembang-Lasem-Jatiroto-Bojonegoro serta jalur lintas Kedungjati-Ambarawa. ”Namun pada jalur-jalur ini akan kami lakukan studi kajian terlebih dahulu. Tidak serta merta langsung reaktivasi begitu saja,” ucapnya.
Salah satu kajian tersebut mengenai dampak ekonominya. Kajian juga akan mempertimbangkan pemanfaatannya untuk angkutan barang atau transportasi orang. Pemerintah juga akan berkomunikasi dengan PT KAI.
”KAI tentunya tidak serta merta setuju. Apalagi selama ini jalur-jalur tersebut tidak aktif karena memang kurang menguntungkan. KAI juga memikirkan untung dan ruginya,” ucapnya.
Menurutnya, sejumlah jalur itu akan diaktifkan dalam lima tahun mendatang. ”Kami juga akan mengoptimalkan fungsi KRL (kereta rel listrik). Sebab KRL akan menjadi salah satu fokus untuk digarap dalam lima tahun ini,” ucapnya.
Baca Juga: Melihat Perbaikan Lokomotif Kuno Pesanan Jokowi
Pakar transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan bahwa jumlah rangkaian kereta KAI cukup, tapi lokomotifnya kurang.
”Memang wacana menghidupkan jalur kereta api yang mati sudah lama digaungkan. Sudah dimulai dengan jalur Joglosemarkerto (Jogja-Solo-Semarang-Purwokerto) yang menuju ke timur atau yang berlawanan jarum jam. Makanya pemerintah berencana menghidupkan jalur yang searah jarum jam,” ucapnya.
Untuk kawasan Solo Raya, reaktivasi jalur kereta mungkin tak diperlukan di semua jalur. Menurutnya, pemerintah bisa mengoptimalkan jalur saat ini dan meningkatkan layanan transportasi bus.
”Solo Raya ini untuk lima tahun ke depan butuhnya bus. Sebab lebih ekonomis dan terjangkau untuk masyarakat. Untuk kereta api, lebih baik mengoptimalkan yang sudah ada saja,” ujarnya.