Jakarta, Gatra.com - Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Sfefanus Indrayana mengatakan bahwa sektor makanan dan minuman menjadi salah satu sektor penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sepanjang 2018, industri makanan dan minuman tumbuh 7,91 persen atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen. Angka pencapaian itu menunjukkan sektor makanan dan minuman masih laris manis di pasar ekonomi di tengah kelesuan sektor lainnya.
"Namun berbicara tentang percepatan industri 4.0 di sektor ini (makanan dan minuman) harus diakui bahwa transformasi digital masih didominasi oleh perusahaan besar," kata Stefanus pada sesi acara SmartFood, di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (10/7).
Sementara itu sektor IKM menurutnya masih membutuhkan sentuhan edukasi dan pola adopsi teknologi. Padahal bila IKM mampu menerapkan digitalisasi, proses produksi akan mampu diefisienkan sebesar 30-40 persen.
"Tidak hanya edukasi, diharapkan pemerintah dan perbankan juga dapat memberikan insentif bagi IKM berupa fasilitas pendanaan,” jelasnya.
Xavier Denoly selaku Country President Schneider Electric Indonesia mengajak pelaku industri makanan dan minuman di tanah air untuk berani melakukan inovasi dalam proses produksinya. Digitalisasi dan transformasi digital menurutnya penting dilakukan dengan memanfaatkan platform terbuka.
Schneider Electric terang Denoly telah menerapkan solusi EcoStruxure yang mengintegrasikan berbagai bidang keahlian otomasi, mesin, bangunan, TI dalam arsitektur tanpa batas.
Solusi teknologi itu mampu mendukung sistem informasi rantai pasok yang menjadi dasar kebijakan dari aktivitas operasional end-to-end. Konsep itu juga dinilai dapat meningkatkan reputasi perusahaan.