Jakarta, Gatra.com - Berdasarkan kajian resiko bencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 5.744 desa/kelurahan berada di daerah rawan tsunami, dan 584 diantaranya ada di selatan Jawa.
Selain itu, hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan deposit tsunami di pesisir Kulonprogo, Yogyakarta, yang berusia 300 tahun, atau diduga terjadi pada 1699.
Deposit lebih tua ditemukan berusia 1.698 tahun, 2.785 tahun, dan 3.598 tahun. Deposit dengan usia lebih kurang sama ditemukan di Lebak, Banten hingga Cilacap, Jawa Tengah. Temuan ini menunjukkan, gempa besar dan tsunami dahsyat potensial di sepanjang wilayah ini. Artinya selatan pantai Jawa memiliki potensi tsunami yang sangat tinggi.
Dalam rangka memberikan edukasi tanggap bencana dan perintisan desa tangguh bencana beberapa desa di pesisir selatan Jawa, BNPB menjadi pelopor terselenggaranya Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Ekspedisi Destana 2019) yang akan dimulai Kamis (11/7) besok.
Perjalanan akan dimulai dari Banyuwangi, Jawa Timur, meyusuri pantai selatan Jawa, menuju Jawa Tengah, Yogyakarta, kemudian ke Jawa Barat, Pangandaran, Garut dan nantinya akan berakhir di Banten pada 16 Agustus 2019.
Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Lilik Kurniawan mengungkapkan, tujuan dari ekspedisi yang akan melibatkan lebih dari 200 peserta. Intinya guna meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan masyarakat dan juga aparat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam menghadapi resiko bencana terutama Tsunami.
"Peserta nantinya akan menyebar ke desa, memberikan sosialisasi ke sekolah-sekolah, kemudian singgah dan tinggal beberapa hari di desa-desa, untuk membangun kesiapsiagaan di tingkat desa, dengan berbagai kegiatan kreatif yang akan di gelar di tiap desa," kata Lilik.
Tak hanya itu, Lilik menambahkan, nantinya ekspedisi ini akan mengahasilkan buku bunga rampai proses perjalanan, film dokumentasi serta foto-foto, yang nantinya diluncurkan pada bulan Oktober saat Bulan Pengurangan Risiko Bencana 2019 diselenggarakan di Belitung.
Pihak yang terlibat yakni Kementerian Desa, PUPR, BMKG, Kemensos, Kemendagri, LIPI, di daerah akan melibatkan Bappeda, BPBD, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, kemudian elemen masyarakat akan diwakili oleh LSM, relawan, pakar, peneliti, perguruan tinggi serta media.
"Peneliti LlPl Eko Yulianto juga akan ikut bergabung bersama tim Ekspedisi Destana ini, jadi ekspedisi ini merupakan strategi baru bagi BNPB, dimana berbagai latar belakang ilmu akan bertemu dalam satu kegiatan yang bertujuan satu yaitu memperkuat kemampuan masyarakat dalam kesiapsiagaan menghadapi ancaman tsunami," demikian Lilik.