Yogyakarta, Gatra.com - PT Angkasa Pura I berencana mengalihkan 65 rute penerbangan dari Bandar Udara Adisutjipto ke Bandara Internasional Yogyakarta pada Oktober 2019. Sebulan sebelumnya enam rute penerbangan juga beroperasi di bandara di Kulonprogo itu.
Pelaksana Tugas Sementara GM Bandara Internasional Yogyakarta, Agus Pandu Purnama, mengatakan rencana pengalihan rute ini akan dibicarakan dengan lembaga pengatur slot penerbangan, awal pekan depan.
Dalam rapat itu, Pandu akan menerangkan perubahan jadwal dan rute penerbangan maskapai di seluruh bandara Indonesia.
"Pengalihan rute Oktober nanti sesuai dengan pengajuan izin tahunan maskapai. Maskapai melayani rute enam bulan ke depan atau biasanya didasarkan pada musim dingin dan musim panas," katanya.
Baca Juga: Proyek KA Bandara Kulonprogo Rp1,2 Triliun Kelar Akhir 2020
Pandu belum bisa memastikan maskapai mana saja yang akan mengalihkan penerbangannya. Namun seluruh rute yang dipindahkan adalah milik penerbangan domestik.
Sejak beroperasi April lalu, lima penerbangan telah beroperasi di Bandara Internasional Yogyakarta. Tiga penerbangan rute Jakarta-Kulonprogo dilayani maskapai Citylink. Selain itu ada Batik Air rute Kulonprogo-Samarinda dan Kulonprogo-Palangkaraya.
"Awal Agustus akan ada penambahan rute baru dari Batik Air yaitu DIY-Lombok. Jadi bulan depan ada 6 rute penerbangan dengan 12 pergerakan," lanjutnya.
Baca Juga: Jokowi Menang di Kecamatan Terdampak Bandara Kulonprogo
Sebenarnya, kata Pandu, Batik Air juga mengajukan rute baru yaitu Kulonprogo-Denpasar, namun izinnya belum turun. Hingga akhir Juni, Pandu mengatakan jumlah penumpang di bandara Kulonprogo mencapai 1.000 orang per hari dengan tingkat okupansi pesawat sekitar 55 persen.
Adapun penerbangan internasional menanti beroperasinya bandara secara penuh yang ditargetkan akhir tahun ini. Airport Operation and Services Senior manager PT Angkasa Pura I Nyoman Nur Rohim menjelaskan kapasitas kargo bandara Kulonprogo mencapai 500 ton per hari.
"Jumlah itu dibagi 200 ton penerbangan internasional dan 300 ton domestik. Besarnya kapasitas ini sebagai upaya mendorong peningkatan ekspor-impor DIY,” katanya.