San Francisco, Gatra.com - Twitter per 9 Juli kemarin mengumumkan pelarangan cuitan bernada kebencian yang menargetkan kelompok agama dengan menggunakan bahasa yang tidak manusiawi. Twitter beralasan, penerapan aturan ini bertujuan menjaga pengguna untuk tetap merasa aman dan nyaman dengan fokus utama mengurangi risiko bahaya yang mungkin terjadi di dunia nyata.
Seperti dikutip dari AP News, Twitter bersama dengan YouTube dan Facebook sebelumnya dikecam karena prevalensi pelecehan dan kebencian pada layanannya. Akibatnya, muncul desakan agar ada aturan terkait ujaran kebencian. Kini, dengan aturan itu, Twitter memungkinkan untuk langsung menghapus cuitan dari siapapun jika terindikasi bermuatan ujaran kebencian. Begitu pula dengan cuitan yang memperlakukan orang tidak manusiawi, baik langsung maupun tidak langsun.
Bahkan, kedepan Twitter juga berencana melarang ujaran kebencian yang ditujukan untuk kelompok lain, seperti ras dan orientasi seksual. Namun kebijakan susulan itu belum direalisasikan saat ini.
Presiden Kelompok Keadilan Rasial, Rashad Robinson mengatakan, kegagalan Twitter selama ini menimbulkan keraguan komitmen perusahaan untuk menghapus ujaran kebencian.
"Bukan rahasia lagi bahwa CEO Twitter Jack Dorsey dan para pemimpin lainnya enggan memberantas diskriminasi dan kesalahan informasi karena takut akan serangan balasan yang konservatif," Ujarnya.
Facebook diketahui juga memiliki kebijakan serupa yang melarang pidato yang tidak manusiawi. Sementara YouTube melarang materi yang mempromosikan "kekerasan atau kebencian" terhadap individu atau kelompok berdasarkan kategori seperti usia, cacat, ras, status imigrasi, dan lainnya.