Home Politik Pakar Dorong Pemerintah Gunakan Soft Power Berantas Terorisme

Pakar Dorong Pemerintah Gunakan Soft Power Berantas Terorisme

Jakarta, Gatra.com- Pakar Terorisme dan Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail mendorong pemerintah menggunakan pendekatan Soft Power dalam memberantas Terorisme di Indonesia.

Soft Power yang dimaksud oleh Noor Huda ialah menjadikan mantan teroris sebagai agen untuk mengajak para teroris dan anggota kelompok radikal untuk bertobat.

"Jika menggunakan pendekatan mantan pelaku, itu lebih efektif. Saya terinspirasi dari kampanye rokok. Orang yang perokok sampai bengek. Lebih powerful ajakannya daripada dokter. Orang yang pernah menjadi bagian dari terorisme harus melakukan kampanye damai," kata Noor Huda Ismail dalam sebuah diskusi di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta Selatan, Selasa (9/7).

Dorongan tersebut berangkat dari pengalaman Noor Huda yang pernah nyantri di Ngruki selama 6 tahun. Bahkan bergabung dengan Jamaah Islamiyyah sehingga ia lebih memahami bagaimana pola pikir kalangan radikal dan pelaku teror.

Ia juga mengambil studi terorisme dari perspektif gender. Dalam pembahasannya, kekerasan cenderung muncul karena aspek maskulinitas dan bisa dikurangi dengan pendekatan emosi.

"Dalam menangani terorisme saya pakai pendekatan yang tidak umum yaitu maskulinitas. Ada cerita petinggi Jamaah Islamiyyah ditimpukin, dia ga mau ngomong. Setelah itu Densus cuma nanya satu hal, sudah berapa lama tidak ketemu ibunya, ia jawab 7 tahun tidak ketemu ibunya. Lalu polisi membawakan ibunya, sontak nangis dia, ketika nangis dia mau menulis semuanya," tutur Noor Huda.

Menurutnya, tidak ada seseorang yang lahir dalam kondisi radikal. Noor Huda mengklasifikasi kondisi teroris sebelum melakukan aksi teror sebelum dan setelah teror. 

"Dan proses ini menunjukkan bahwa identitas itu cair dan bisa berubah-ubah sesuai kondisinya karena kita tidak bisa menggeneralisasi seseorang. Secara teori saya bisa menjadi teroris karena dari Ngruki, tapi proses yang menjadikan itu berbeda, dan rata-rata orang yang jadi teroris ingin pensiun," kata Noor Huda.

Dalam memahami pelaku teror, Noor Huda menggunakan kacamata violence through the lense of joy yakni melihat kenikmatan subjektif dari pelaku teror.

Kombatan yang ia wawancarai di Afghan,Moro dan Syria, Noor Huda menyebut, rata- rata yang tidak ada yang bergabung dengan ISIS dan sebagainya digerakkan niat buruk untuk membunuh.

"Rata-rata mereka ingin jadi bagian khilafah, pemerintahan islam, memulai  hidup yang baru , menyebut pemerintah Indoensia tidak bagus," katanya.

Menurut Noor Huda Pemerintah perlu mencari caranya agar orang-orang tersebut bisa kembali berintegrasi kembali secara pemikiran dengan NKRI.

"Kalau mereka dibina oleh BNPT atau Kementerian sosial, orang-orang ini bisa jadi virus baik yang dilatih untuk melawan narasi khilafah itu. Sistem negara NKRI kan belum selesai karena narasi itu. Tapi itu PR panjang, kedepan kita bisa menggunakan mereka untuk softpower kita," demikian Noor Huda.

 

254