
Solo, Gatra.com – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Surakarta berupaya memfasilitasi pertemuan peternak rakyat dan pengusaha demi mengendalikan harga ayam.
Wakil Ketua TPID Bandoe Widiarto mengatakan harga ayam bisa distabilkan melalui komunikasi antara peternak rakyat dan pengusaha. Salah satu upaya untuk mengembalikan harga ayam yakni dengan membuat kontrak jangka panjang antara pengusaha dan pedagang.
"Kalau ada kontrak jangka panjang antara peternak dan pedagang maka kondisinya akan stabil. Kontrak jangka panjang ini memungkinkan kami memfasilitasinya," ucap Bandoe saat ditemui di Solo, Selasa (9/7).
Baca Juga: Usai Dibagi Gratis, Ayam Potong Malah Makin Mahal
Dalam kontrak jangka panjang ini, menurut Bandoe, para peternak bisa memasok ayam ke perusahaan dengan harga yang sudah disepakati. Untuk mewujudkan itu, TPID akan berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan Kota Surakarta untuk menjajaki segala kemungkinan, termasuk berkomunikasi dengan pengusaha.
”Pada dasarnya kami tidak ingin ada yang dirugikan, termasuk peternak. Kemungkinan lain jika komunikasi dengan pengusaha gagal, kami akan membantu penyaluran ke daerah yang mengalami defisit komoditas,” ucapnya.
Menurutnya, langkah ini sudah diterapkan untuk beberapa komoditas, seperti cabai, bawang merah, dan daging sapi. Bandoe melihat Jakarta merupakan daerah yang mendatangkan komoditas ayam dari daerah surplus ayam seperti NTB.
Baca Juga: Harga Anjlok, Ayam Dibagi Gratis di Empat Kota
Sebelumnya, para peternak di sejumlah daerah membagikan ayam secara gratis sebagai wujud protes karena harga jualnya rendah. Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah Parjuni mengatakan anjloknya harga ayam akibat pasokan bibit yang berlebihan.
"Normalnya kebutuhan ayam di Jawa Tengah sekitar 1,2-1,3 juta ekor per hari, tetapi sekarang pasokannya mencapai 1,5-1,7 juta ekor per hari," katanya.
Karena kondisi ini peternak rakyat mengalami kerugian sejak enam bulan lalu. Kondisi ini bahkan tergolong di luar normal. "Para peternak jualnya hanya Rp9.000, sedangkan HPP Rp18.000-18.500 per kilogram," ucap Parjuni.