Jakarta, Gatra.com – Gaya hidup sedentari (Sedentary Lifestyle) merupakan kebiasaan di mana seseorang tidak banyak melakukan aktivitas. Selain menimbulkan penyaki-penyakit hipertensi dan kardiovaskular, gaya hidup ini juga mempercepat gejala demensia.
“Ada beberapa studi yang mengaitkan antara kurangnya aktivitas fisik dengan penurunan fungsi kognitif secara perlahan yang menjadi gejala demensia. Sedentary lifestyle kan cenderung banyak duduk, diam dan hanya melakukan kegiatan seperti nonton televisi. Jadi otomatis stimulusnya terbatas hanya itu-itu saja,” kata Dokter Spesialis Geriatri Rumah Sakit Atma Jaya, dr. Rensa, Sp.PD-K.Ger , Selasa (9/7).
Baca juga: Jenis Demensia Baru Teridentifikasi
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, proporsi lansia yang mengalami keluhan penyakit seperti demensia lebih banyak di perkotaan. Jumlahnya sekitar 51%. Hal ini pun membuktikan, lebih banyak lansia di perkotaan yang memang sudah tidak memiliki pekerjaan dan bahkan tidak melakukan aktivitas fisik.
“Demensia menyebabkan fungsi mengenali ruang (visualisasi spasial), perubahan ruangan dan fungsi mengingat itu memudar akibat memori yang tidak dipakai. Semakin tidak digunakan area otak tersebut, maka akan semakin mudah juga mengalami kerusakan, lanjutnya.
Baca juga: Cegah Pikun, Lansia Dianjurkan Berjalan Kaki
Sedentary lifestyle ini menganggu fungsi kognitif, sebab beberapa area di otak tidak lagi digunakan secara optimal. Baiknya, kegiatan membaca buku pun harus diimbangi dengan aktivitas fisik lain misalnya berjalan kaki, berlari atau bersepeda.