Home Kesehatan Peneliti UI : Penempatan Alat Pengaruhi Data Kualitas Udara

Peneliti UI : Penempatan Alat Pengaruhi Data Kualitas Udara

Jakarta, Gatra.com - Perbedaan data kualitas udara menjadi perbincangan hangat ketika pada akhir Juni lalu, kualitas udara di Jakarta termasuk dalam kategori sangat buruk. Kualitas udara Jakarta sempat menjadi sorotan karena berdasarkan data Indeks Kualitas Udara (AQI) menunjukkan Jakarta dalam kategori kota tidak sehat dan sudah melebihi baku mutu udara ambien harian (konsentrasi PM 2,5 melebihi 65 micrograms per nanometer kubik).

Sementara Stasiun Air Quality Monitoring System (AQMS) KLHK RI di Gelora Bung Karno menunjukkan bahwa rata-rara harian PM 2,5 kota Jakarta sejak 1 Januari - 30 Juni 2019 pada angka 31,49 micrograms per nanometer cubic (Mg/Nm³). Jika dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien Nasional yaitu 65 Mg/Nm³, maka kualitas udara Jakarta masih bagus atau sehat.

Professor Bidang Lingkungan dan Konservasi dan Kepala Lembaga Sains Terapan Universitas Indonesia, Jatna Supriatna menjelaskan perbedaan itu terletak pada penempatan alat ukur serta waktu pengukuran udara dilakukan. Jika penempatan dan waktu ukurnya berbeda, maka hasil yang akan diperoleh berbeda pula antara daerah satu dengan daerah lainnya.

"Perbedaan data tersebut dikarenakan lokasi penempatan dan waktu pengukurannya yang berbeda. Apalagi misalkan alat ukur tersebut diletakkan di tempat-tempat yang minim aktivitas kendaraan dan pembangunan di berbagai waktu, maka data yang diperoleh tidak akan menunjukkan kualitas udara yang buruk begitu pula sebaliknya," katanya saat dihubungi Gatra pada Senin (8/7).

Selain lokasi dan waktu, faktor alat yang digunakan berpindah-pindah menjadi penyebab perbedaan data tersebut. Meski begitu, perbedaan itu harusnya tidak menjadi bahan pertentangan karana yang paling penting baginya adalah mencari solusi bagaimana menyelesaikan masalah polusi mengingat faktanya Jakarta sudah terpapar udara kotor. 

135