Padang, Gatra.com - Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno menegaskan tidak boleh ada lagi aktivitas tambang ilegal di Kota Sawahlunto. Terlebih lagi setelah pertambangan batu bara Ombilin di Sawahlunto terpilih menjadi warisan dunia kategori budaya di Pusat Kongres Baku, Azerbaijan.
"Jangan ada lagi ada aktivitas tambang di daerah warisan budaya dunia (Kota Sawahlunto). Ini salah satu poin penting dari penetapan tersebut," kata Irwan Prayitno, di Padang, Senin (8/7).
Kota Sawahlunto dikenal sebagai kota pertambangan batu bara era kolonial Belanda yang penggarapannya dimulai sejak 1891. Sejak tahun itu eksploitasi besar-besaran dilakukan oleh kolonial Belanda.
Pada zaman sesudahnya, pertambangan batu bara dikelola oleh PT Bukit Asam Ombilin, namun perusahaan tersebut saat ini sudah berhenti beroperasi. Meski demikian, aktivitas tambang ilegal masih kerap ditemukan di kawasan tersebut terutama tambang pasir oleh masyarakat.
"Pertambangan batu bara sudah lama tidak beroperasi lagi. Yang kita takutkan masih adanya penambang-penambang liar," kata Irwan.
Baca juga: Pertambangan Ombilin Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Dunia
Dirinya menyebutkan Pemprov Sumbar sudah berkomunikasi dengan Pemerintah Kota Sawahlunto dalam hal penambangan liar. Namun parahnya aktivitas penambangan masih sering dijumpai di lokasi perbatasan antara Kota Sawahlunto dengan Kabupaten Sijunjung.
Irwan kembali memantik kesadaran masyarakat agar tidak lagi melakukan aktivitas penambangan legal maupun ilegal karena hal tersebut bisa menganggu keberadaan warisan budaya dunia yang ditetapkan UNESCO tersebut.
Sebelumnya keterpilihan pertambangan batu bara Ombilin di Sawahlunto atau Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto telah menambah daftar warisan dunia kategori budaya yang dimiliki Indonesia, setelah Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), Situs Sangiran ( 1996) dan sistem Subak di Bali (2012)
Indonesia sebelumnya juga sudah memiliki empat warisan dunia kategori alam yakni Taman Nasional Komodo (1991), Taman Nasional Lorentz (1999), Hutan Tropis Sumatera (2004), dan Taman Nasional Ujung Kulon (1991).