Denpasar, Gatra.com - Maestro seni lukis Bali Nyoman Erawan saat acara Workshop Seni Lukis di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Denpasar Minggu,(7/7) dalam rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 mengaku, beberapa karya lukis dibuat memulai dari goresan-goresan dasar. Dari goresan tersebut, mulai berpikir tentang suatu hal ingin diterjemahkan dalam lukisan abstrak.
Namun tak jarang juga mengkonsep lukisan abstrak yang ingin dibuat. Proses tersebut bisa dikatakan sebagai Ngunda Bayu. "Dalam melukis setiap jeda, setiap pemikiran yang muncul di belakang, itu bagian dari Ngunda Bayu.
Istilah Ngunda Bayu tak dikenal dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Dalam berkesenian istilah Ngunda Bayu menjadi hal yang patut menjadi landasan," jelasnya.
Menurut Dia, raga dan pikiran tak selamanya boleh dipaksakan, keduanya membutuhkan rehat dan menyiapkan tenaga untuk kembali beraktivitas maupun berkarya. "Pemikiran penting, tapi kalau berkesenian dengan pemikiran itu steril," ungkapnya.
Erawan ditemani seniman lukis mumpuni lainnya dalam Workshop antara lain, Made Mahendra, Putu Bonus, dan Wiratha serta mahasiswa dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta bernama Vicky. Workshop ditutup pembacaan puisi dari Putu Bonus dan permainan suling dari Erawan.