Teheran, Gatra.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo, mengatakan bahwa Iran bakal menghadapi tuntutan atas dugaan pelanggaran batas terkait mengayaan uranium.
Iran meresponnya dengan mengatakan bahwa yang dilakukannya terkait kepemilikan uranium, masih jauh dari pelanggaran sebagaimana aturan yang telah ditetapkan.
"Perluasan program nuklir Iran akan mengarah pada isolasi dan sanksi lebih lanjut," cuit Pompeo di twitter-nya, dikutip Aljazeera, Senin (8/7).
Iran juga mengancam akan melanggar komitmen lainnya pada perjanjian nuklir, kecuali jika ada solusi yang ditemukan oleh pihak yang terlibat langsung dalam perjanjian tersebut pada tahun 2015 lalu.
Dalan kesepakatan sebelumnya, Iran berkomitmen untuk tidak membeli bom atom, memberikan batasan pada program nuklirnya dan tunduk kepada inspeksi Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Komitmen ini dilakukan Iran untuk memperoleh pencabutan sebagian sanksi internasional, yang sempat melumpuhkan negaranya.
Namun keputusan penarikan sepihak Presiden AS Donald Trump dari kesepakatan pada 8 Mei 2018 lalu, membuat Iran mendapatkan masalah ekonomi secara global.
"Rezim Iran, bersenjatakan nuklir. Hal ini akan menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi dunia," kata Pompeo.
Juru Bicara Badan Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan persiapan teknis untuk tingkat pengayaan baru akan selesai dalam hitungan jam dan pengayaan lebih dari 3,67% akan dimulai.
"Ketika IAEA (pengawas nuklir PBB) mengambil sampel kita akan melampaui 3,67%," katanya.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan Teheran akan terus melanggar komitmennya, kecuali jika dari penandatangan pakta yang telah dilakukan dapat melindunginya dari sanksi AS yang diberlakukan oleh Presiden Trump.
Iran membantah memproduksi senjata nuklir. Kesepakatan terkait senjata nuklir ditujukan untuk mencegah produksi berlebihan, membatasi pengayaan dan kepemilikan uranium sebanyak 300kg di Teheran.
Pada 1 Juli, pengawas Iran dan PBB mengakui Teheran telah mengumpulkan uranium dan melebihi batas kepemilikan yang telah disepakati sebelumnya.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, dalam sebuah posting twitter-nya, mengatakan semua tindakan Teheran dapat dicegah jika negara-negara Eropa mendukung komitmen mereka.
Menurutnya, tiga penandatangan Uni Eropa tidak memiliki alasan menghindari sikap politik yang kuat untuk mempertahankan perjanjian nuklir yang tertuang dalam Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dan melawan unilateralisme AS.