Dubai, Gatra.com - Iran kembali mengumumkan bahwa pihaknya akan segera meningkatkan pengayaan uranium di atas batas yang terncantum dalam kesepakatan nuklir internasional 2015. Langkah itu memicu peringatan dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang meminta Iran untuk menegosiasikan keputusannya.
Menurut Humas Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, pihaknya akan terus melanggar kesepakatan nuklir. Kecuali, negara-negara Eropa -Perancis, Jerman dan Inggris- yang terlibat dalam kesepakatan mau melindungi Iran dari sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS.
"Kami sepenuhnya siap untuk memperkaya uranium di tingkat apa pun dan dengan jumlah berapa pun," kata Behrouz, seperti dikutip Reuters, Minggu (7/7).
Pada tahun 2018, Iran menerima sanksi ekonomi yang membuatnya jatuh ke dalam keterpurukan. Pasalnya, berbagai kebijakan yang meringankan Iran dalam melakukan ekspor minyak telah dihapus Presiden Trump.
Sejak dijatuhkan sanksi ekonomi, Iran selalu berupaya mencari cara untuk terlepas dari keterpurukannya. Beberapa kali negara ini mengancam akan memperkaya ketersediaan uranium dengan melanggar kesepakatan nuklir.
"Dalam beberapa waktu dekat, proses teknis ini akan berakhir dan pengayaan uranium yang melebihi 3,67% (batas yang ditentukan kesepakatan nuklir) akan dimulai," ujar Behrouz.
Dalam keterpurukan itu, Iran telah menegaskan bahwa keterlibatannya dalam perjanjian nuklir hanya ingin memperkaya perdagangan minyak. Mereka berharap negara Eropa dapat meringankan sanksi ekonomi tersebut dengan membeli minyak dari Iran.
"Apa permintaan kami? Permintaan kami adalah untuk dapat menjual minyak kami dan mendapatkan uang kembali. Ini sebenarnya adalah keuntungan minimal dari kesepakatan itu," kata seorang pejabat Iran yang tak ingin disebut namanya.
Mengetahui ancaman nuklir yang diumumkan Iran, pada akhirnya Trump angkat bicara. Ia memperingati Iran untuk berhati-hati atas ancaman tersebut.
"Iran melakukan hal buruk. Inilah cara mereka menginginkan nuklir. Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir," ucap Trump kepada awak media.