Jakarta, Gatra.com- Saat ini, Negara Timur Tengah dan Eropa mengalami gelombang panas (heatwave) yang menelan beberapa korban jiwa di Spanyol, Prancis dan Italia. Selain itu, mengakibatkan kebakaran hutan dan hunian di beberapa wilayah Eropa Selatan.
Berdasarkan rilis BMKG yang diterima Gatra.com pada Minggu (7/7), fenomena suhu tinggi tidak berdampak pada wilayah Indonesia. Terdapat perbedaan sistem sirkulasi udara di Eropa dan Indonesia. Suhu panas lebih dari 50° C berpeluang sangat kecil terjadi di wilayah Indonesia.
Berdasarkan catatan historis suhu maksimum di Indonesia, belum pernah mencapai 40° C. Suhu tertinggi yang pernah tercatat di Indonesia sebesar 39,5° C pada 27 Oktober 2015 di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Hasil simulasi proyeksi iklim multimodel menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi dengan penerapan pengendalian emisi dan teknologi hijau (skenario RCP4.5). Iklim pada periode 2020-2030 mengindikasikan rata-rata suhu permukaan wilayah daratan di Indonesia akan lebih panas 0,2 - 0,3° C dibandingkan dengan rata-rata suhu udara pada periode 2005-2015.
Wilayah yang diproyeksikan akan mengalami kenaikan suhu tertinggi terjadi di sebagian Sumatera Selatan, bagian tengah Papua dan sebagian Papua Barat.
Untuk mengantisipasi suhu udara permukaan yang semakin panas akibat global warming, perlu adanya upaya adaptasi dan mitigasi. Upaya ini harus dimulai dari kesadaran masyarakat untuk mengurangi hal-hal yang dapat meningkatkan suhu udara.