Dubai, Gatra.com - Iran akan mengumumkan peningkatan pengayaan uranium menjadi 5% pada hari ini. Seorang pejabat Iran mengatakan, konsentrasi tersebut di atas batas yang ditetapkan oleh kesepakatan nuklirnya pada tahun 2015.
Dikutip dari Reuters, Minggu (7/7), hal ini mengisyaratkan tantangan Iran yang semakin dalam untuk menjawab tekanan sanksi Amerika Serikat (AS).
Deklarasi tersebut muncul seiring memanasnya konfrontasi AS-Iran, setahun setelah Washington menerapkan kembali sanksi yang telah dicabut berdasarkan perjanjian dengan imbalan Teheran yang membatasi kerja nuklirnya.
"Pengumuman utama besok adalah peningkatan tingkat pengayaan menjadi 5% dari 3,67% yang kami sepakati sebelumnya," kata pejabat yang enggan disebutkan namanya itu pada hari Sabtu (6/7).
Di bawah kesepakatannya dengan enam kekuatan dunia, Iran dapat memperkaya uranium hingga 3,67% bahan fisil, jauh di bawah 20% yang dicapai sebelum kesepakatan dan sekitar 90% yang sesuai untuk senjata nuklir.
Baca juga: Iran Ancam Inggris soal Penyitaan Kapal Tanker di Gibraltar
Iran mengatakan, program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, seperti pembangkit listrik, dan bukan untuk membuat bom.
Dalam meningkatnya kekhawatiran Barat, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan, ia dan Presiden Iran, Hassan Rouhani, telah sepakat untuk mencari syarat dimulainya kembali dialog mengenai pertanyaan nuklir Iran pada 15 Juli.
Kantor Macron menambahkan bahwa Marcon akan terus berbicara dengan otoritas Iran dan pihak-pihak terkait untuk "terlibat dalam pengurangan ketegangan yang terkait dengan masalah nuklir Iran."
Kesepakatan itu bertujuan untuk memperpanjang waktu yang diperlukan Iran untuk memproduksi bom nuklir menjadi satu tahun dari sekitar 2-3 bulan apabila mereka setuju.
Kantor berita Iran, Fars, melaporkan bahwa negosiator senior nuklir Abbas Araqchi akan mengumumkan lebih banyak lagi pengurangan komitmennya terhadap perjanjiannya tersebut pada konferensi pers pukul 10:30 pagi (0600 GMT) di Teheran.
Baca juga: Iran Ancam Tingkatkan Uranium, Perang AS-Iran Terjadi?
Pengumuman yang direncanakan hari Minggu (7/7), ini merupakan kemunduran bagi Inggris, Prancis, dan Jerman yang ikut menandatangani kesepakatan setelah menekan selama berbulan-bulan untuk membujuk Iran agar tetap berkomitmen pada perjanjian itu.
Iran telah mengatakan bahwa Eropa telah melakukan langkah yang "terlalu sedikit, terlalu lambat" untuk menyelamatkan pakta dengan melindungi kepentingan ekonomi Iran dari sanksi AS.
Washington memperketat pembatasan itu mulai Mei dengan memerintahkan semua negara dan perusahaan untuk menghentikan semua impor minyak Iran atau dibuang dari sistem keuangan global. Mereka juga mengirim pasukan tambahan ke wilayah itu untuk melawan apa yang disebutnya ancaman Iran.
Sebagai reaksi terhadap sanksi AS yang keras, Iran mengatakan pada Mei bahwa pihaknya akan mengurangi komitmen terhadap kesepakatan itu setelah tenggat waktu 60 hari bagi para penandatangan pakta Eropa untuk melindungi kepentingan ekonomi Iran dari sanksi AS.
Namun, Rouhani mengatakan pekan lalu bahwa semua tindakan yang diambil oleh Iran "dapat dibalikkan" jika pihak-pihak lain dalam kesepakatan itu memenuhi janji mereka.
Baca juga: Perancis Ingatkan Iran untuk Kembali Patuhi Pakta Nuklir
Meninggalkan ruang untuk diplomasi, Rouhani mengatakan dalam percakapan telepon dengan Macron: "Mencabut semua sanksi bisa menjadi awal dari langkah antara Iran dan enam kekuatan utama," ungkapnya.
"Sanksi AS adalah perang ekonomi skala penuh terhadap Iran yang dapat menciptakan lebih banyak krisis di kawasan dan di dunia," katanya kepada Macron, menurut TV pemerintah.
Ali Akbar Velayati, penasihat senior untuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan, para pejabat Iran dengan suara bulat menyutujui peningkatan tingkat pengayaan uranium di luar 3,67% yang ditetapkan, dalam komentar yang diunggah di laman resmi Khamenei.
"Misalnya, kita perlu uranium yang diperkaya hingga 5% untuk digunakan di Bushehr [pembangkit listrik] dan ini adalah tujuan yang sepenuhnya damai," kata Velayati,
Ekspor minyak mentah Iran adalah sekitar 300.000 barel per hari atau kurang pada akhir Juni, sumber-sumber industri mengatakan, sebagian kecil dari lebih dari 2,5 juta barel per hari Iran dikirim pada April 2018, sebulan sebelum Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir.