Pekanbaru, Gatra.com - Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) berharap Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar menunjukan kepedulian terhadap konflik manusia dan hewan yang sering terjadi di Riau.
Made Ali, Kordinator Jikalahari menilai bahwa kesan "santai" lah yang selama ini disuguhkan aparatur Pemprov Riau beserta gubernur terkait bentrokan manusia dengan satwa itu. Dia mencontohkan respon Gubernur Riau terkait musibah yang menimpa Amri warga Indragiri Hilir (Inhil). Amri tewas diterkam Harimau.
"Tidak ada respon duka maupun bantuan advokasi terhadap persoalan ini. Padahal kematian warga yang diterkam Harimau lantaran habitat Harimau dirusak oleh korporasi Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Sawit," katanya kepada Gatra.com, Jum'at (5/7).
Berdasarkan data Jikalahari, Amri bukan satu - satunya warga yang bentrok dengan Harimau di Inhil. Serangan Harimau terhadap warga atau kemunculan Harimau di Pelangiran sudah terjadi sepanjang 2017-2019.
"Ada Jumiati yang diterkam 3 Januari 2018, lalu Yusri pada 10 Maret 2018. Kemudian pada tahun 2017 juga muncul Harimau di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelanggiran. Lalu November 2018 muncul Harimau di kolong ruko warga. Semua ini terjadi lantaran rusaknya hutan alam di zona penyangga landscape Kerumutan," katanya.
Landscape Kerumutan termasuk kawasan yang sering menjadi sasaran perambahan hutan. Jika pada tahun 2005 hutan alam masih seluas 512.972 hektar, saat hanya tersisah 285.659 hektar.
Meski menyesalkan minimnya respon Pemprov terhadap konflik manusia dan satwa. Jikalahari tetap berharap Syamsuar selaku Gubenur Riau dapat memberikan terobosan terhadap ragam persoalan lingkungan hidup di Riau.
Reporter: Febri Kurnia