Kebumen, Gatra.com – Sepintas lalu, batuan di kali kecil itu tampak seperti bebatuan biasa. Warnanya cokelat kehitaman. Ada semburat kekuningan. Ini lah batu sekis mika.
Lokasinya mudah dijangkau lantaran berada di pinggir Jalan antara Kecamatan Karangsambung-Sadang. Berimpitan dengan sungai itu, berdiri gedung KUA Kecamatan Sadang.
Secara kasat mata, batuan ini tampak seperti batuan lempung yang disesar oleh aliran air. Sangat biasa. Warga setempat pun menyebutnya sebagai batu kali. Tetapi, siapa sangka, berdasar penelitian, umur batuan sekis mika telah mencapai 117 juta tahun.
“Sekis mika merupakan jenis batuan metamorf yang berasal dari lempung. Ini batuan alas atau lantai pembentuk pulau Jawa. Jadi ini memang merupakan batuan tertua,” kata Edi Hidayat, Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (UPT BIKK) LIPI, Karang Sambung, Kebumen, beberapa waktu lalu.
Edi menerangkan, batuan sekis mika itu diyakini adalah pembentuk pulau Jawa, seperti yang kita lihat hari ini. Proses kebumian selama jutaan tahun menyebabkan lantai dasar samudera itu muncul dari permukaan samudera.
Menurut Edi, pertama kali Karangsambung teridentifikasi sebagai kawasan batuan tua ditemukan pertama kali oleh peneliti geologi Belanda, R.D.M. Verbeek dan R. Fennema pada 1881. Mereka juga menemukan fosil Nummulites dan Orbitulina di Sungai Luk Ulo.
Pada 1930-an, E.A. Harloff memetakan untuk pertama kali kawasan itu. Baru setelah Perang Dunia Kedua (PD II) daerah ini kembali menjadi objek penelitian. Literatur lengkap geolog Indonesia pertama dibuat oleh Sukendar Asikin dengan teori Tektonik Lempeng.
Tiap tahun, ribuan mahasiswa dan pelajar dari berbagai universitas dan sekolah-sekolah ternama berkunjung. Kawasan ini menjadi kawah candradimuka yang telah melahirkan geolog-geolog dari seluruh dunia.
Kabar baiknya, kini Kawasan Cagar Geologi Karangsambung-Karangbolong, Kebumen ditetapkan menjadi cagar geologi atau Geopark Nasional. Bahkan, Pemerintah Kebumen mentarget kawasan ini di masa mendatang bakal kembali naik status menjadi Geopark Global yang diakui Unesco.
Wakil Bupati Kebumen, Yazid Mahfudz mengatakan, penyerahan sertifikat kenaikan status menjadi geopark nasional itu diterima langsung olehnya di Bogor akhir 2018 lalu.
Yazid, berkomitmen untuk mengembangkan geopark ini sebagai kawasan wisata berbasis edukasi, atau geowisata. Pariwisata berbasis konservasi kawasan geologi ini diharapkan bisa memicu pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama yang berada dalam kawasan geopark.
“Karena ini penting untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” katanya dalam Sarasehan Pengembangan Geopark Karangsambung-Karangbolong.
Menurut Yazid, pengembangan sektor pariwisata bisa menjadi opsi pemkab untuk program pengentasan kemiskinan. Pasalnya, sejumlah wilayah di Geopark Karangsambung-Karangbolong yang meliputi sejumlah kecamatan adalah kantong-kantong kemiskinan.