Denpasar, Gatra.com - Gamelan tua memakai laras pelog tujuh nada bersenandung di kalangan Angsoka, Taman Budaya, Denpasar dalam rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41, Jumat (5/7). Gamelan tua tersebut bernama Gamelan Saron.
"Mungkin bagi sebagian orang hal ini (gamelan Saron) baru atau langka. Itu kerena gamelan ini hanya digunakan dalam kegiatan upacara di Kabupaten Klungkung saja," jelas pembina tabuh gamelan Saron, Komang Sukarya.
Dilanjutkan, gamelan ini termasuk golongan tua sehingga dalam penyajiannya tidak terlalu menarik. Namun, Komang Sukarya tak mempermasalahkannya karena lebih penting adalah tujuan dari PKB tersebut.
"Bagi kami sebagai orang Bali, bagaimana mampu memberikan support kepada provinsi, sebagaimana tujuan dari PKB ke-41 ini sendiri. Yaitu, ada pengembangan, penggantian, dan juga ada pelestarian yang terpenting dari apa yang kami tampilkan hari ini," ujarnya.
Disampaikan, gamelan Saron ini sering dipakai dalam upacara yadnya yang bersifat Yadnya besar di Kabupaten Klungkung. Seperti karya Mamungkah, Maligia dan lainnya. Gamelan Saron tergolong gamelan tua yang memakai laras pelog 7 nada dan mempunyai struktur gending yang sangat sederhana, terdiri dari Kawitan dan Pengawak serta pola gending-gendingnya berbeda dari yang lain.
"Instrumen barungannya terdiri dari dua buah saron yang berbilah bamboo, dua buah gangsar besar dan dua buah gangsa kecil," paparnya.
Dikatakan, ada kesulitan tersendiri dalam memainkan gambelan Saron ini. Selain itu juga kekompakkan para penabuh menjadi kunci utama.
"Kalau gamelan lain kan menggunakan satu tangan untuk panggul tangan yang lain memegang besi gamelan. Tetapi kalau gamelan Saron ini kedua tangan ikut berpartisipasi. Jadi harus seimbang,sehinga mampu menghasilkan alunan tenang," ucapnya.
Dia mengatakan, penampilan gamelan Saron ditampilkan oleh Sanggar Sudamala, Desa Tangkas, Klungkung dengan menampilkan garapan gending-gending seperti, Abuan, Bagus Botoh, Gadung Melati, Gedang Renteng dan Ratna.
Reporter: A.A. Gede Agung
Editor: Wem Fernandez