Denpasar, Gatra.com - Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) kembali menggelar aksi di Daerah Renon, Denpasar, Sabtu (6/7) hari ini. Rencananya massa akan bergerak ke Konsulat Amerika Serikat Jalan Hayam Wuruk, Denpasar.
Kabagops Polresta Denpasar, Kompol I Wayan Gatra mengaku heran dan belum mengetahui pasti maksud dan tujuan aksi ini. Dari tuntutannya mengarah ke masalah keamanan hingga dugaan pelanggaran HAM di Papua tetapi selalu mengarah ke Konsulat AS.
"Misalnya penyampaian orasi tadi terkait masalah aparat keamanan. Akan tetapi penyampaian tuntutanya tetap menuju ke Konsulat Amerika. Menurut saya jika mereka menuntut masalah keamanan setidaknya menuju ke kantor-kantor aparat kemanan. Kenapa ke konsulat Amerika?," tegas Gatra di sela-sela aksi.
Adapun tuntutan yang disampaikan dalam aksi yaitu pertanggungjawaban pemerintah Indonesia serta dunia Internasional dalam hal ini PBB atas tragedi Biak berdarah 1998 yang menewaskan ratusan nyawa manusia hingga rentetan pelanggaran HAM lainnya.
Massa juga menuntut agar ruang demokrasi dibuka seluas-luasnya, berikan hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Papua sebagai solusi demokrasi. Tarik militer (TNI-Polri) organik dan non organik dari seluruh tanah Papua.
Tutup Freeport, BP,LNG Tanguh, MNC dan perusahan lainnya yang merupakan dalang kejahatan kemanusian diatas tanah Papua. Terakhir, hentikan pengiriman dan agresi militer yang mengorbankan rakyat sipil di Nduga.
Menurut Gatra, jika dikaitkan dengan UU Penyampaian Pendapat, aksi AMP sudah melangar. Misalnya, Ayat 6 poin 5 yang menyerukan anti persatuan. "Sebenarnya Polisi sudah dapat bertidak tegas, jika dikaitakan dengan UU tersebut," ujarnya.
Pernyataan AMP ini bukanlah hal baru karena sudah disampaikan berulang kali di aksi sebelumnya. Gatra menduga aksi ini dikoordinir oleh pihak-pihak tertentu.
"Mereka mahasiswa setidaknya dapat digunakan waktunya untuk belajar. Jika dilihat dari pantauan di lapangan tidak semua peserta demo adalah mahasiswa.Ya, namanya pengerahan masa pasti ada indikasi-indikasi penyusup," kata dia.
Peserta demo saat ini tidak lebih dari 40 orang dan sedikit meningkat dari aksi yang sudah-sudah. Dia menghimbau kepada peserta aksi agar memahami bahwa Bali merupakan daerah pariwisata sehingga harus dijaga kondusifitasnya.
Dirinya berharap, mudah-mudahan dengan kejadian ini para dosen di kampus dapat mengarahkan mahasiswanya, mengurangi kegiatan seperti apa yang dilakukan hari ini. "Kegiatan seperti ini tentunya akan merugikan mahasiswa maupun banyak orang," ucapnya.
Reporter: A.A.Gede Agung
Editor: Wem Fernandez