Jakarta, Gatra.com - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof. Mahfud MD menegaskan, hal paling penting saat ini dalam merajut masa depan Indonesia dan menguatkan nasionalisme adalah bagaimana menegakkan hukum dan keadilan.
“Bagi saya nasionalisme kita harus berbasis penegakan hukum dan keadilan. Saya selalu mengatakan dan berkeyakinan, kalau hukum dan keadilan bisa ditegakkan dengan baik, lebih dari 50% persoalan kita selesai, sisanya itu ad-hoc,”ujarnya di Jakarta, Sabtu, (6/7).
Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ini melihat, berbagai sektor rusak karena banyak pelanggaran hukum dan korupsinya. Ironisnya, penegak hukum tidak sungguh-sungguh, malah terlibat dalam korupsi.
Hukum harus punya tiga fungsi dan tujuan yakni, memberi kepastian, berkeadilan dan memberi kemanfaatan. Kepastian hukum adalah tuntunan bagi masyarakat agar mengetahui dan bisa memprediksi apa yang dilakukan hingga akibatnya. Kalau kepastian hukum, tidak memberi keadilan maka itu masalah.
Sebaliknya, lanjut Mahfud, kalau ada kepastian hukum dan keadilan, tapi tidak memberi manfaat juga bisa merusak.
“Kalau hanya grusa grusu dengan penuh emosi mau menegakkan hukum tapi tidak memberi kemanfaatan bagi kelangsungan bangsa dan negara harus dihindari. Saya melihat bahwa sekarang ini ada gejala kepastian hukum mulai dilanggar. Karena penegak hukum mungkin terlalu berlebihan,”tambahnya.
Dirinya memberikan contoh tentang orang yang sudah menyelesaikan urusannya tapi kini diungkit ungkit lagi. Itu sebenarnya tidak boleh menurut dunia hukum, karena tidak memberi kepastian. "Orang sudah menyelesaikan urusan hukum, kok tiba tiba dianggap belum selesai. Kasus seperti itu sekarang sudah mulai banyak terjadi. Sudah mulai menggejala,”tuturnya.
Mahfud MD mengatakan, merajut masa depan Indonesia menjadi hal yang relevan saat ini di tengah suasana paska Pemilu yang dilukiskannya sebagai Pemilu yang paling panas karena memunculkan isu ras dan agama yang sudah mulai membelah masyarakat Indonesia.
Dilain pihak, Prof. Ahmad Syafii Maarif menyerukan agar masyarakat mulai berani dan tidak perlu merasa ketakutan menyuarakan kebenaran apapun latar belakang sosial budayanya. "Mayoritas kita masih waras, tapi masih diam karena pertimbangan agama, ras, dan lain-lainnya,”ujarnya.
Ahmad Syafii Maarif juga menandaskan kepada para politisi maupun tokoh-tokoh partai politik untuk naik kelas. “Kita harapkan kepada para politisi mau naik kelas, belajar menjadi negarawan,” kata Syafii.
Apabila politisi maupun tokoh partai mau melakukan ini akan membuat kondisi lebih baik. “Jangan sampai politisi itu bak mahluk bertopeng, kelihatannya baik tapi kelakuannya tidak seperti kelihatannya,”katanya.