Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) segera meluncurkan (launching) alat pendeteksi bibit kelapa sawit palsu yang saat ini sedang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
"Kami akan segera launching alat pendeteksi keaslian bibit kelapa sawit," kata Sam Herodian, Staf Ahli Kementan di Jakarta, Jumat malam (5/7).
Menurutnya, alat ini untuk mencegah petani mengalami kerugian seperti ketika sawit mulai masyhur di Indonesia. Saat itu, tingginya permintaan bibit kelapa sawit, menjadikan petani tidak memperhatikan jenis bibit sawit yang akan ditanamnya.
Bukan hanya itu, pihak yang nakal sengaja menyediakan bibit sawit "palsu" demi meraup keuntungan. Sawit palsu dimaksud Sam, adalah sawit yang buahnya sedikit bahkan sama sekali tidak berbuah ketika sudah memasuki usia produktif.
"Pohon sawit palsu itu pohonnya beneran, tapi buahnya sedikit bahkan tidak berbuah. Itu bibit asal-asalan, buah yang jatuh tidak disortir dijadikan bibit," katanya.
Akibatnya, lanjut Sam, meski perkebunan sawit di Indonesia relatif lebih luas dibandingkan luasan kebun negeri jiran, namun hampir sekitar separuhnya merupakan "sawit palsu".
Selain untuk mencegah petani kelapa sawit mengalami kerugian, ini juga untuk meningkatkan produksi sawit dalam negeri demi menyokong program biodiesel yang sedang dikerjakan Kementan yang saat ini sudah menghasilkan Biodiesel B-100.
Menurutnya, jika biodiesel tersebut sudah diproduksi massif, tentunya membutuhkan pasokan kelapa sawit yang lebih besar. "Program ini demi menunjang kelanjutan biodiesel," katanya.
Alat ini mampu mendeteksi keaslian bibit kelapa sawit sejak kecambah. Setelah daun diproses, keaslian dapat langsung diketahui secara molekuler melalui perbedaan pita Deoxyribonucleic Acid (DNA).
Adapun prinsip kerja kit molekuler untuk deteksi bibit sawit kelapa sawit palsu tersebut, adalah dengan mengekstrak sampel gerusan daun kelapa sawit menggunakan larutan lisis. Kemudian, diencerkan dan dimasukkan ke dalam Polymerase Chain Reaction (PCR) selama 15 menit. Dalam PCR tersebut, dilakukan elektroforesis dan visualisasi untuk melihat pita DNA menggunakan UV Transilluminator.