Jakarta, Gatra.com - Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Lenny Rosalin mengatakan, kurangnya wawasan orang tua dalam menjaga gizi anak menjadi faktor utama tumbuhnya stunting atau tubuh pendek akibat kekurangan gizi di Indonesia.
Lenny menjelaskan, pihaknya kerap menemukan kasus pengolahan makanan yang kurang kreatif untuk asupan bagi anak, terutama di beberapa desa. Salah satunya adalah cara mengolah sayur bayam .
Lenny memaparkan, banyak orang tua yang minim pengetahuan dalam mengkreasikan sayur bayam. "Kami sampai turunkan chef, tukang masak untuk membantu keluarga yang seperti ini, untuk mendiversifikasi makanan. Boleh bayam asal divariasikan menjadi kripik, sayur, dan lainnya," kata Lenny saat konferensi di kantor KPPPA, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (5/7).
Selain minimnya kreasi pengolahan bayam, Lenny menemukan banyak orang tua yang masih salah dalam memasak sayur bayam. "Banyak yang belum paham pengolahan bayam. Saat mendidih, pancinya terbuka. Itu zat besinya sudah keluar semua. Jadi si anak dapat apa? Ya dapat ampasnya," tutur Lenny.
Lenny menjelaskan, kasus stunting begitu kompleks. Oleh sebab itu, pengetahuan dari tingkat keluarga harus diawasi.
Sebagai langkah solutifnya, ia mengaku pihaknya memiliki kegiatan panduan atau pilot project di beberapa kota dan desa di wilayah stunting dengan mengintegrasikan peran semua stakeholder. Pihak yang dilibatkan mulai dari kepala desa hingga rektor dan akademisi perguruan tinggi.
"Saya minta dari Rektor Unair (Universitas Airlangga), turunkan dokter dari Fakultas Kedokteran, psikolog dari Fakultas Psikologi, (akademisi) pertanian dan peternakan. Ternyata semua disiplin ilmu itu digerakkan ya bisa," jelas Lenny.
Selain menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi, KPPPA juga membuka kesempatan untuk para pelaku usaha agar bisa menjual produk gizi, seperti susu, di wilayah stunting tersebut.
Adapun sasaran desa pengentasan stunting dari KPPPA adalah desa dengan angka gizi buruk yang tinggi, serta desa dengan pengirim tenaga kerja (TKI) terbanyak dan meninggalkan anak-anaknya.
"Kami sedang berproses, sudah empat kabupaten yang berhasil atasi stunting, sekarang sudah masuk ke tahun kedua" jelas Lenny.