Jakarta, Gatra.com - Berdasarkan hasil rapat koordinasi teknis Kementerian Koordinator Perekonomian, kebutuhan daging ayam ras secara nasional adalah 3.251.745 ton per tahun atau rata-rata sekitar 271.000 ton per bulan.
Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) memprediksi populasi ayam hidup sebesar 3,5 miliar ekor yang setara dengan 15,2 kg/kapita/tahun atau 4.058.000 ton daging ayam.
Sekretaris Jenderal Kemendag, Karyanto Suprih mengatakan, ekspor ayam perlu dikaji lebih lanjut. "Kembali lagi kalau mau jual, apakah harganya kompetitif atau tidak?" ungkapnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Tjahja Widayanti mengungkapkan, anjloknya harga ayam merupakan sebuah anomali karena di luar ekspektasi adanya kenaikan harga ketika Lebaran.
Berdasarkan catatannya, harga rata-rata ayam hidup (livebird) pada Juni 2019 adalah Rp15.296/kg (Nasional) dan Rp 12.756/kg (Jawa), sementara harga rata-rata pada periode Januari-Mei 2019 sebesar Rp18.467/kg (Nasional) dan Rp17.448/kg (Jawa).
Dengan kondisi tersebut, ia berpendapat ekspor ayam akan sulit dilakukan di Indonesia. Menurutnya, negara tujuan ekspor akan lebih memilih negara yang mampu memasok kebutuhannya secara berkesinambungan.
"Sulit bagi Indonesia untuk menawarkan produk ayam broiler hanya untuk momen tertentu, mengingat negara importir akan lebih memilih negara asal yang dapat memasok dan memenuhi kebutuhan negara tersebut secara berkesinambungan," jelasnya kepada Gatra.com.
Permendag Nomor 96 Tahun 2018 tentang Harga Acuan menyebutkan, harga daging ayam ras di tingkat peternak berkisar antara Rp18.000-Rp.20.000/kg. Apabila dikonversikan ke dalam bentuk karkas, maka harga karkas daging ayam ras berkisar antara Rp29.700-Rp33.000/kg di tingkat Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU).
Di sisi lain, Tjahja mengutip data dari Komisi Eropa (European Comission) rata-rata harga karkas daging ayam ras di Uni Eropa tahun 2019 adalah €186,1 per 100kg atau sekitar Rp29.760/kg.
“Hal ini menunjukkan bahwa dalam keadaan normal, Indonesia akan kesulitan menembus pasar dunia mengingat masih banyak komponen harga seperti packaging (pengemasan), ongkos kirim, dan lain-lain yang membuat harga daging ayam ras Indonesia belum mampu bersaing dengan negara eksportir daging ayam ras dunia,” terangnya.