Bogor, Gatra.com - Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan), Momon Rusmono, mengatakan, Biodiesel B-100 hasil uji coba Kementan bisa menghemat devisa negara sekitar Rp26 triliun.
"Penggunaan B-100 ini dapat menghemat devisa sebesar Rp26 triliun yang berdampak langsung pada kesejahteraan petani," kata Momon saat membuka pertemuan Badan Koordinasi Humas di Bogor, Jawa Barat, Kamis (4/7).
Menurut Momon, sesuai hasil uji coba penggunaan Biodiesel B-100 yang dilakukan Kementan, mampu mencapai jarak 13,1 kilometer per liter. Jarak tersebut lebih jauh jika dibandingkan dengan solar yang hanya mencapai 9 kilometer per liter.
Soal penghematan biaya negara hingga menghabiskan triliun, Momon menjelaskan, penghematan ini bisa didapat dari substitusi impor solar selama ini cukup tinggi. Di sisi lain, biodiesel juga mampu mengurangi pencemaran lingkungan karena rendah dan berbahan baku kelapa sawit 100%.
"Kita sudah membuktikannya dengan uji coba pada mobil-mobil dinas Kementan. Dari ujicoba ini, para pengemudi memuji kualitas Biodiesel B-100 yang sudah sesuai dengan DEX yang selama ini digunakan," katanya dalam keterangan yang diterbitkan.
Untuk itu, Momon berharap, ke depan penggunaan B-100 ini dapat menjadi alternatif bahan bakar kendaraan. Selain itu, hasil penelitian dan uji coba Balitbang Kementan menunjukkan adanya kesetaraan kualitas dengan minyak lain.
"Makanya, melalui forum ini kita harus mampu mengekspose lebih jauh lagi program-program pertanian dan hasil-hasil bagi masyarakat antarlintas sektoral," imbaunya.
Di tempat yang sama, Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum dan Keamanan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Bambang Gunawan, menyebutkan, penggunaan biodiesel B-100 dapat digunakan pada saat penggunaan ekonomi secara nasional.
"Harganya 40% lebih murah. Makanya penggunaan B-100 ini penggunaan simpanan devisa sebesar Rp26,66 triliun," katanya.
Selain itu, kata Bambang, penggunaan biodiesel lebih ramah lingkungan karena karbon monoksida (CO) yang dihasilkan 48% lebih rendah jika dibandingkan dengan penggunaan solar.
"Yang pasti, pemanfaatan biodiesel ini akan berdampak langsung pada Peningkatan Penghasilan petani," katanya.
Sebagai catatan, proses penelitian ini dimulai pada pengembangan minyak nabati di tahun 2014. Saat itu, Kementan sukses menghasilkan bahan bakar B-20 yang selanjutnya disebut menghasilkan 20% minyak nabati pada solar. Kemudian, Kementan berhasil mengembangkan B-30 hingga akhirnya bisa 100% menggunakan minyak nabati, tanpa campuran solar.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, menambahkan, forum ini sangat bermanfaat untuk mendesiminasikan program capaian dan, karena menghadirkan para pejabat pengelola kehumasan pemerintah atau Public Relation Pemerintah.
Menurut Kuntoro, forum ini juga sekaligus berusaha Kementan dalam menyosialisasikan berbagai program, capaian, dan tantangan dalam pembangunan pertanian langsung kepada para pemangku kepentingan.
"Biodiesel B-100 memiliki peluang untuk mengatasi masalah terkait pengembangan industri kelapa sawit, penyejahteraan petani, dan penyediaan energi terbarukan," ungkapnya.
Sekadar diakui, Forum Tematik Bakohumas ini dihadiri lebih dari 100 pejabat pengelola kehumasan dari 48 Kementerian dan Lembaga, Organisasi Profesi, serta perwakilan Senat Mahasiswa. Selain hasil penelitian dan uji coba, peserta juga berkesempatan menghadiri Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), lembaga penelitian biodiesel B-100 ini dilaksanakan.