Semarang, Gatra.com - Penduduk sejumlah daerah di Jawa Tengah (Jateng) mulai mengalami kekurangan air bersih untuk kebutuhan minum, memasak, dan mandi, karena dilanda kekeringan.
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Purwito, menyatakan, sebanyak 14 daerah telah mengajukan drooping air bersih. Ke-14 daerah itu adalah, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Purwokerto, Klaten, Sukoharjo, Temanggung, Sragen, Grobogan, Pemalang, Kabupeten Tegal, Pati, Kota Tegal, dan Kota Semarang.
“Penyaluran drooping air bersih dilakukan melalui BPBD masing-masing daerah tersebut,” kata Purwito ditemui Gatra.com di kantor BPBD Jateng di Semarang, Kamis (4/7).
Menurut ia, drooping air bersih itu menggunakan sebanyak 384 tanki untuk membantu kebutuhan mandi, memasak, dan air minum masyarakat di 14 daerah tersebut. Drooping air bersih paling banyak di Klaten yaitu 94 tanki, kemudian Grobogan (79 tanki), Purwokerto (52), dan Cilacap (40)
“Untuk drooping air bersih kepada warga ini, BPBD bekerja sama dengan sejumlah pihak seperti PMI dan perusahaan swasta,” ujarnya.
Daerah yang terkena kekeringan di Jateng kemungkinan akan meluas karena dari perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak musim kemarau mulai September hingga akhir Desember 2019.
Kepala BPBD Jateng, Sudaryanto, sebelumnya menyatakan untuk menghadapi musim kemarau telah menyiapkan 1.000 tangki air bersih.
Masyarakat bila ingin meminta bantuan drooping air bersih agar berkoordinasi dengan perangkat desa terkait seperti kelurahan dan kecamatan, atau bisa langsung ke BPBD di daerah masing-masing.
“Kami mengimbau masyarakat agar menghemat penggunaan air karena musim kemarau akan berlangsung hingga Desember 2019,” ujar dia.