Magelang, Gatra.com – Festival Lima Gunung 2019 yang diadakan di Dusun Tutup Ngisor, Sumber, Magelang, akan dimeriahkan kirab budaya perwakilan warga Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong, dan Menoreh.
Menurut pemimpin Padepokan Seni Tjipta Boedaja Tutup Ngisor, Sitras Anjilin, pegiat Festival Lima Gunung adalah kelompok kesenian berbasis petani di kawasan sekitar Magelang. Bersama kelompok seni jaringan Komunitas Lima Gunung mereka akan menyelenggarakan pertunjukan tari, musik, performance art, dan pembacaan puisi. Nilai-nilai budaya lokal akan ditonjolkan dalam setiap penampilan.
“Kami memfaslitasi kegiatan berkesenian warga. Lewat pertunjukan budaya yang melibatkan komunitas-komunitas lainnya,” kata Sitras kepada Gatra.com di Padepokan Seni Tjipta Boedaja, Rabu (3/7).
Sebanyak 77 pementasan seni bakal digelar dalam Festival Lima Gunung, 5-7 Juli 2019. Mereka yang tampil di antaranya kelompok seni lokal asal Bulukumba, Toraja, Kediri, Yogyakarta, Semarang, dan Cirebon. Seniman asal Australia dan penari asal Jepang juga tampil mengisi acara.
Sebagai perhelatan mandiri, penyelenggaraan Festival Lima Gunung disesuaikan dengan kemampuan tiap-tiap desa sebagai tuan rumah. Tahun ini adalah penyelenggaraan festival ke-18.
“Kami masih melakukan persiapan-persiapan. Kami siapkan lapangan dusun sebagai lokasi panggung pusat acara agar bisa menampung ribuan pengunjung,” ujar Sitras.
Di tanah lapang yang ditunjuk Sitras, berdiri instalasi seni berbentuk burung garuda setinggi 7 meter dengan rentang sayap 10 meter. Berbahan anyaman daun kelapa, salak, jerami, dan bambu, instalasi ini nantinya menjadi latar panggung utama.
Garuda, kata Sitras, menjadi lambang kesetiaan kepada Ibu Pertiwi. Bentangan sayapnya melambangkan penjaga keseimbangan. Melalui tema “Gunung Lumbung Budaya” dia berharap, nilai kehidupan masyarakat desa dan gunung menjadi inspirasi kekuatan kehidupan sehari-hari.