Banjarnegara, Gatra.com – May Aretha Elisya, balita di Desa Karangjambe, Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah, didiagnosis menderita congenital diverticulum of bladder (ekstrofi kandung kemih) atau menderita kelainan kelamin.
Pada umumnya balita, perkembangan pengetahuan dan motorik bocah perempuan berusia lima tahun ini normal. Tetapi, sejak lahir, organ vital itu bentuknya tidak sempurna dan selalu berair. Lantaran kelainan itu, May selalu menggunakan pembalut atau pampers. Secara naluriah, aktivitas May pun terbatasi.
Di tengah keterbatasan, sang ibunda, Ari Asihantini (39), berusaha menyembuhkan May dengan pengobatan berjenjang, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit di Banjarnegara. Namun, May tak juga kunjung sembuh.
Itulah batas maksimal sang ibunda yang sejak dua tahun lalu menghidupi keluarganya seorang diri. Sang suami pergi dan tak lagi peduli dengan keluarganya. Bahkan, hingga kini tak pernah bisa dihubungi. Ari menghidupi keempat anaknya dengan bekerja sebagai buruh yang penghasilannya tak seberapa. Saat ia bekerja, May diasuh oleh neneknya.
Beruntung, penderitaan keluarga bocah penderita kelainan kelamin ini mendapat perhatian berbagai pihak, termasuk Pemkab Banjarnegara. May menjalani pengobatan mulai dari RSI, RS Dr Sarjito Yogyakarta, dan RS Hasan Sadikin Bandung.
“Operasi kelamin dan hanya bisa dilakukan di RS Hasan Sadikin Bandung saja karena terkait peralatan medis,” kata Ratmini, petugas dari Puskesmas Wanadadi I, Banjarnegara, Selasa, 2 Juli 2019.
Berdasarkan informasi dan survei biaya yang dilakukan tim medis Banjarnegara, untuk operasi kelainan kelamin tersebut membutuhkan biaya sekitarRp 350 juta. Biaya kamar dengan perawatannya di Bandung ditaksir Rp850.000 per hari. Sementara biaya makan untuk satu orang sekitar Rp30.000,
Selasa siang itu pula, Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono, menerima May bersama sang ibu. Petugas kesehatan dan warga yang mengantarnya di rumah dinas Pringgitan. Budhi menegaskan bahwa pemerintah siap membantu pengobatan melalui BPJS dan Jamkesda.
Ia juga berjanji bakal mengoptimalkan jejaring dan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang bisa memungkinkan terobosan birokrasi agar masyarakat miskin dapat dijamin kesehatannya.
“Insyaallah Ananda akan segera kita dampingi operasi ke RS Hasan Sadikin Bandung. Masalah pembiayaan, pemerintah membantu melalui BPJS dan Program Jamkesda, untuk biaya operasi dan biaya selama di Bandung nanti,” ujar Budhi.
Bupati mempersiapkan surat pengantar ke Direktur RS Hasan Sadikin Bandung. Ia juga mengirimkan tembusan surat ke Menteri Kesehatan RI dan Dirjen Pelayanan Medik.“Jika ada warga tidak mampu dan membutuhkan pertolongan seperti ini, segeralah melapor. Masalah seperti ini merupakan tanggung jawab bersama,” katanya.
Menurut bupati, dari informasi yang diperolehnya, operasi tersebut bakal dilakukan tiga tahap dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dari nurologi, bedah tulang, dan bedah anak.
“Mohon sabar menghadapi cobaan ini. Insyaallah kita semua berusaha agar putri Ibu bisa ditangani dengan baik,” ucap bupati.