Lombok, Gatra.com - Kepala OJK Provinsi Nusa tenggara Barat (NTB) Farid Falatehan menyatakan, praktik rentenir masih ada di beberapa daerah di Lombok. Hal tersebut disebabkan karena pemahaman literasi keuangan di tengah-tengah masyarakat masih rendah.
"Ya, masih ada sampai saat ini disini (Lombok) terutama pada warga di kawasan-kawasan pinggiran yang jauh. Atau kurang aksesnya dengan lembaga keuangan," jelasnya saat ditemui Gatra.com Ahad, (30/6) lalu.
Menurut dia, praktek rentenir fenomena yang terjadi di banyak daerah di Indonesia sampai saat ini bukan saja di Lombok saja. Di daerah lain juga ada namun dengan istilah berbeda-beda.
"Ada istilahnya, mulai dati bank subuh karena pelaku melakukan praktik penarikan pada pagi hari waktu subuh. Atau bank ucek-ucek, karena dilakukan juga pada pagi hari ketika orang baru bangun yang ditandai dengan mengusap-usap wajah maupun mata," katanya.
Meski masih ada praktik seperti itu, OJK akan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap rentenir. OJK mendorong mendekatkan lembaga-lembaga keuangan ke wilayah-wilayah atau pedesaan yang belum tersentuh, dan memiliki akses terhadap lembaga keuangan.
"Karena belum pernah terakses lembaga keuangan tersebut maka kami (OJK) mendorong dan berusaha meningkatkan literasi keuangan, untuk memotong praktik rentenir atau koperasi abal-abal. Dengan demikian, praktik rentenir setidaknya bisa ditekan," ucapnya.
Disampaikannya, sejak ada alternatif pembiayaan dari lembaga keuangan melakukan penetrasi ke wilayah-wilayah pedalaman tersebut, akhirnya secara berangsur-angsur mulai dilepaskan warga. "Hal ini bisa kami rasakan ketika melakukan sosialisasi ke pedesaan mengajak lembaga keuangan," katanya.