Magetan, Gatra.com - Petugas Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Magetan berhasil mengungkap kabar soal serangan penyakit cabai di Desa Nitikan dan Pacalan, Kecamatan Plaosan, Magetan, Jawa Timur (Jatim).
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Hortikultura, Kementerian Pertania (Kemetan), Moh Ismail Wahab, di Jakarta, Selasa (2/7), menyampaikan, hal ini berkat gerak cepat tim yang diterjunkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementan bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, dan Dinas Pertanian Magetan.
Menurutnya, PPOT dan PPL setempat berhasil mengidentifikasi akar penyebab serangan penyakit terhadap tanaman cabai di kedua desa tersebut sehingga melegakan petani. Gerak cepat ini sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman.
"Arahan Pak Mentan Amran memang kita semua harus gerak cepat terjun lapangan, sigap ke petani, kapanpun dan di mana pun, karena petani kerja juga tidak kenal hari libur," kata Ismail dalam keterangan tertulis.
Sementara itu, Sujono, Ketua Kelompoktani Niti Mulyo, mengatakan, para petani di daerahnya banyak yang mempraktikkan cara membuahkan kembali tanaman cabai yang sudah tua. Harapan cabai bisa berbuah kembali dengan biaya yang minimal dengan prediksi ada hujan.
"Lha itu lahan dari tanaman cabai sudah tua, afkir, hanya sekitar 3 ribuan meter. Wajar kalau kena jamur dan beluk. Lagipula tanaman memang mau dibongkar dan akan ditanamai lagi. Wong sudah panen 13 sampai 21 kali," ungkapnya.
Sujono menyayangkan pemberitaan sebelumnya yang tidak sesuai fakta. Padahal, lahan terserang tersebut, luasnya sempit yakni hanya ribuan meter saja, terserang karena tanaman apkir.
"Yang diberitakan itu tidak jelas, lahan tanaman siapa, yang diwawancara juga beda, yang masuk berita nama petani juga beda," kata Sujono.
Perlu diketahui, dalam pemberitaan dan medsos kemarin, tertulis nama petani Tukiran, padahal yang benar petani yang diwawancarai bernama Sarkan. Padahal, Sarkan bukan petani tapi pekerja di lahan milik orang lain.
"Lahan yang di medsos itu milik pak agus. Luas lahan 2.500 meter dengan jumlah tanaman 4.500 batang, kok di medsos simpang siur gitu ya," ucap Sujono.
Koordinator POPT Kabupaten Magetan, Sumarlan, mengatakan hasil pengamatan yang dilakukan pihaknya di Desa Nitikan dan Pacalan, bahwa serangan virus terhadap tanaman cabai persentasenya sangat rendah dan tidak sampai meluas. Faktanya, tak lebih dari 1% yang terserang virus, hanya pada luasan 0,2 hektarean atau sekitar 3.400-an batang cabai keriting.
"Padahal satu kecamatan Plaosan luas lahan cabai mencapai 6.488 hektare. Jadi sangat kecil sekali yang terserang. Tak sampai berhektare-hektare di tiga desa terserang semua seperti yang diberitakan. Ngawur itu beritanya," kata dia.
Menurut Sumarlan, beberapa tanaman memang ada yang terkena gangguan jamur tapi itu hanya sedikit. Penyebab serangan virus dan jamur pada cabai karena petani tidak serempak waktu tanamnya. Selain itu, cara budidaya cabai dinilaianya masih asal-asalan, semaian benih sudah terinfeksi virus serta baby bag yang tidak dilepas saat tanam sehingga menyebabkan perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman terganggu.
"Penggunaan pestisida juga cenderung asal, karena petani rata-rata belum bisa membedakan antara hama, penyakit, atau fungi atau jamur. Semua disamaratakan. Yang terjadi bukannya menekan malah membuat hama penyakit makin kebal," terangnya.
"Waktu ada air, petani menggunakan sistem 'leb' dengan drainase yang kurang baik sehingga tanah menjadi lembab dan rentan ditumbuhi jamur," ungkap Sumarlan.
Kasubdit Cabai dan Sayuran Buah Ditjen Hortikultura, Mardiyah Hayati, menyarankan, agar para petani bisa memperbaiki tatacara budidaya cabai yang baik dan benar. Penting sekali petani menerapkan manajemen tanaman sehat, yaitu mulai dari benih sehat, bebas hama dan penyakit dan diseleksi sebelum ditanam.
"Coba lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan satu famili. Jangan menanam cabai terus-terusan nyambung dengan cabai lagi atau tomat," kata Mardiyah.
"Pengairan sebaiknya pakai sistem kocor. Pucuk tunas sebaiknya dipotong sebelum benih dibawa ke lapang untuk mengurangi vektor penyakit atau hama," ujarnya menambahkan.