Padang, Gatra.com - Peneliti Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Wisnu Arya Gemilang menyebutkan Sumatera Barat memiliki potensi terjadinya pencairan tanah atau likuefaksi. Hal tersebut berdasarkan atas penelitan yang dilakukan pihaknya di sejumlah daerah pantai yang ada di Sumatera Barat, salah satunya di Kota Padang.
"Adanya likuefaksi dikarenakan area pesisir di Sumbar didominasi oleh pasir atau material lepas yang belum kompak dengan muka air tanah yang sangat dangkal," ujar Wisnu di Padang, Senin (1/7).
Ia menjelaskan potensi likuefaksi di Sumatera Barat itu disebabkan karena karakteristik pasiran/tanah dari daerah sepanjang pantai di Sumatera Barat yang rapuh dengan kondisi kepadatan tanah yang relatif rendah.
"Dari semua pasir yang saya cocokkan dengan ciri-ciri tersebut, semua daerah pantai di Sumatera Barat ini memiliki kondisi kepadatan rendah dan pasir yang seragam," sebutnya.
Tim peneliti menurutnya sudah merancang pemetaan daerah dan kawasan yang berpotensi mengalami likuefaksi. Dari hasil pengkajian potensi likuefaksi terbesar terdapat di kawasan pesisir Sumbar dimulai dari Pantai Padang sampai sebelum jalan Bypass Padang. Sementara kawasan yang melewati jalan Bypass ke bagian Timur, dinilai hanya memiliki potensi terjadi likuefaksi rendah.
Peneliti juga memperkirakan bila Sumbar diguncang gempa besar yang berakibat Tsunami maka akan menenggelamkan kawasan Bandara Internasional Minangkabau dan kawasan pesisir pantai Sumatera Barat mulai dari Kabupaten Pesisir Selatan hingga Pasaman Barat.
Wisnu mengatakan kawasan pantai tidak cocok untuk didirikan bangunan vertikal seperti perhotelan sebab tanah di pantai memiliki daya tampung yang terbatas.
"Sangat kita sayangkan banyak yang berdiri bangunan-bangunan besar seperti perhotelan yang berada dekat dari pantai. Karena, kondisi tanah di pantai itu memiliki batas daya tampung," ucapnya lagi.
Ia menjelaskan apabila bangunan seperti perhotelan dan bangunan-bangunan besar lainnya terus tumbuh di kawasan pantai, maka likuefaksi akan semakin rentan terjadi, karena akan banyak air terserap di bagian bangunan tersebut.
Fenomena likuefaksi sambungnya pernah terjadi di kawasan pantai Padang saat peristiwa gempa bumi 2009, dimana ditemukan jalan yang retak dan amblas.
"Itu sebenarnya telah terjadi likuefaksi, tapi likuefaksi 2009 di Padang beda dengan likuefaksi yang terjadi di Palu. Jadi di Sumatera Barat ini, ancaman bencana tidak hanya di laut, tapi juga di darat," tegasnya.
Sebagai langkah pencegahan, Wisnu menyebut pihaknya sudah menyampaikan paparan terkait potensi likuifaksi tersebut ke Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
"Hal ini bukan untuk ditakuti sebenarnya, tapi membuat kita sadar bagaimana untuk melakukan upaya antisipasi, supaya likuifaksi itu tidak terjadi," pungkasnya.