Home Ekonomi Kementan Terus Dorong Peningkatan Harga Karet Rakyat

Kementan Terus Dorong Peningkatan Harga Karet Rakyat

Jakarta, Gatra.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Kasdi Subagyono, mengatakan, pemerintah terus mendongkrak harga karet rakyat untuk meningkatkan devisa negara.

Kasdi menyampaikan, Indonesia merupakan produsen karet kedua setelah Thailand. Karet merupakan komoditas perkebunan andalan bagi pendapatan nasional dan devisa negara.

Menurutnya, walau karet sering diterpa isu gejolak anjloknya harga yang membuat petani menjerit, namun tentunya berbagai upaya terus dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani karet.

Potensi karet sangat signifikan, mengingat luas areanya mencapai 3.671.302 hektare (ha), produksi sebanyak 3.630.268 ton, produktivitas sebanyak 1.161kg per ha, didominasi oleh perkebunan rakyat (85%), menciptakan lapangan kerja bagi 2,5 juta KK dengan rata-rata luas kepemilikan lebih dari 1,25 ha, sedangkan untuk volume ekspor sebesar 2,99 juta ton dengan nilai US$5,10 milyar.

Peluang karet sangat menjanjikan mengingat bahan baku karet sintetis semakin terbatas, kebutuhan karet alam semakin meningkat 2,5% per tahun dan karet alam Indonesia memiliki spesifikasi teknis yang dibutuhkan oleh industri ban dan berbagai jenis industri berasal karet lainnya.

Dalam rangka meningkatkan penyerapan karet rakyat di dalam negeri, peningkatan dan penyetabilan harga pada tingkat petani atau rakyat, serta untuk pelaksanaan peremajaan kebun karet rakyat, maka pemerintah mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing secara terkoordinasi dan terintegrasi dalam melaksanakan Program Strategis Nasional untuk Peningkatan Pembelian dan Harga Karet Rakyat, serta Peremajaan Kebun Karet Rakyat.

"Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan harga karet antara lain meningkatkan kerja sama International Tripartite Rubber Council (ITRC) dan atau negara-negera pengekspor karet untuk mendorong peningkatan harga ekspor karet yang adil dan remuneratif," katanya.

Ekspor karet yang adil dan remuneratif tersebut melalui penerapan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS), Demand Promotion Scheme (DPS), Supply Management Scheme (SMS), serta pembentukan Regional Rubber Market (RRM) dan ASEAN Rubber Council (ARC), maupun kerja sama lainnya.

Selanjutnya, menyusun dan menetapkan rencana aksi peningkatan pembelian dan harga karet rakyat, serta peremajaan kebun karet rakyat untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Menyusun skema pendanaan untuk program peningkatan dan stabilisasi harga pembelian karet rakyat.

"Menyusun kebijakan, kelembagaan, dan pembiayaan peremajaan kebun karet rakyat; menetapkan kebijakan lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan pembelian dan harga karet rakyat, serta peremajaan kebun karet rakyat," katanya.

Kasdi menambahkan, masing-masing kementerian mempunyai tupoksi. Untuk Kementan, salah satunya meningkatkan pelaksanaan sistem pembinaan produk olahan karet rakyat dan mekanisme pembelian karet rakyat melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet Rakyat (UPPB); dan menyusun program pelaksanaan peremajaan kebun karet rakyat yang mencakup antara lain inventarisasi lahan perkebunan karet rakyat, perbenihan, diversifikasi tanaman karet dengan tanaman lainnya, kelembagaan, dan pembiayaan.

Pola diversifikasi merupakan sistem usahatani diversifikasi berbasis tanaman perkebunan yang berlangsung adanya integrasi atau diversifikasi fungsional antara dua komoditas atau lebih yang diusahakan oleh pekebun dalam pemanfaatan sumber mineral dan organik yang ada pada tanah, sehingga antarkomoditas tidak berkompetisi, melainkan saling subtitusi dalam memenuhi kebutuhan hara atau nutrisi, sehingga terbentuk rantai ekosistem pemanfaatan zat-zat makanan secara tertutup.

"Keuntungan pola tanam diversifikasi sebagai salah satu langkah alternatif dalam pemenuhan atau penyediaan kebutuhan pangan, khususnya di lahan kering (kebun) yang semakin lama semakin berkurang; membantu mengurangi ketergantungan produksi pangan dari lahan sawah yang lokasinya terpusat di Pulau Jawa; fungsi dari tanaman sela di lahan kebun yaitu sebagai sumber pendapatan petani, penutup tanah yang dapat mengendalikan perkembangan gulma, mengendalikan erosi, sumber bahan organik tanah dan menjaga stabilitas lingkungan.

"Adanya tanaman sela, petani juga menjadi lebih sering berkunjung ke kebun karetnya, sehingga kebun menjadi lebih terpelihara; dan tanaman sela dapat sebagai sumber pendapatan petani sebelum tanaman pokok (perkebunan) berproduksi,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Kasdi turut menyampaikan, Untuk solusi harga karet jangka pendek melalui pemberian bantuan pupuk, bantuan asam semut atau sarana pembuatan asam semut, bantuan pestisida, pembentukan dan penguatan UPPB, bantuan alasintan untuk pengolahan bokar bersih, serapan bokar oleh pemerintah sebesar 5% dari konsumsi dalam negeri.

Sedangkan untuk solusi harga karet jangka menengah, bisa melalui replanting dengan diversifikasi dengan tanaman pangan dan tanaman perkebunan lain; penyerapan karet rakyat untuk kebutuhan dalam negeri, seperti aspal karet, kanal di lahan gambut, dll; bantuan alsintan untuk pengolahan bokar bersih; dan serapan bokar oleh pemerintah sebesar 5% dari konsumsi dalam negeri.

"Untuk solusi harga karet jangka panjang antara lain replanting dengan diversifikasi dengan tanaman pangan dan tanaman perkebunan lain, mendorong pabrik ban dan industri hilir lain, dan penyerapan karet rakyat untuk kebutuhan dalam negeri, seperti aspal karet, kanal di lahan gambut, serta medical," katanya.

141