Ottawa, Gatra.com - Kapal yang berlabuh di Filipina, membawa 69 kontainer berisi sampah plastik daur ulang ditarik kembali ke Kanada. Peristiwa ini sekaligus menutup perselisihan antarkedua negara yang dimulai pada 2013 lalu dan memicu perselisihan diplomatik antara Ottawa dan Manila.
Pengiriman tersebut berawal dari kapal kontainer Anna Maersk yang merapat di dekat Terminal Feri Tsawwassen dan tiba di GCT Deltaport di Delta, British Columbia, bagian dari Greater Vancouver.
Juru bicara Metro Vancouver, Sarah Lusk, mengatakan, limbah tersebut tadinya akan dikirim ke fasilitas Waste-to-Energy di Burnaby.
"Terjadi kesalahan waktu pada pengiriman. Fasilitas tersebut ternyata tidak menerima limbah pada hari libur," ujar Sarah.
Melansir Reuters, Minggu (30/6), kontainer berisi limbah ini menjadi salah satu faktor sengketa diplomatik antara Manila dan Ottawa. Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengancam akan memerangi Kanada dan menarik para diplomatnya dari Kanada. Hal ini merupakan buntut dari tenggat waktu yang diberikan kepada Kanada untuk mengambil limbah tersebut pada 15 Mei lalu.
Sampah tersebut dikirim ke Filipina pada tahun 2013 dan 2014 dengan label plastik daur ulang. Namun, tidak hanya plastik daur ulang, kontainer tersebut bahkan berisi popok dan koran bekas. Menanggapi hal tersebut, pengadilan Filipina pada 2016 memutuskan kontainer tersebut harus dikembalikan.
Kanada merespons akhir bulan Mei lalu dengan menyewa Bollore Logistics Kanada untuk membawa kontainer limbah tersebut kembali secepat mungkin ke negaranya.
Pembuangan limbah menjadi penyebab perselisihan politik antara negara di Asia Tenggara dan negara maju. Peristiwa yang sama terjadi di Malaysia pada mei lalu. Malaysia menuntut Amerika Serikat (AS), Jepang, Prancis, Kanada, Australia, dan Inggris mengambil kembali 3.000 ton plastik limbah yang dikirimkan.
Departemen Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada mengatakan bahwa pemerintahnya sedang dalam pembicaraan dengan Malaysia untuk mengambil kembali limbah plastiknya.