Jakarta, Gatra.com - Sastrawan asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, Mario F. Lawi, menceritakan pengalamannya dalam menerjemahkan karya-karya sastra Eropa, Inggris, dan Latin klasik ke dalam bahasa Indonesia. Menurutnya, karya-karya dengan bahasa asing belum familier dan sulit diterima oleh orang Indonesia.
“Dalam khazanah Indonesia, karya seperti puisi-puisi karya penyair Latin Catullus dan Sulpicia adalah asing dalam sejumlah hal. Misalnya, karena ditulis dalam bahasa yang dianggap mati dan dihasilkan dua ribuan tahun yang lalu," ujar Mario di Kios Ojo Keos, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (29/6).
Lebih lanjut, Mario menjelaskan, mayoritas orang Indonesia beranggapan tidak terlalu penting memperlajari dan memahami sastra internasional. "Tidak dianggap penting karena tidak secara langsung berkaitan dengan tradisi kesusastraan Indonesia,” ungkapnya.
adapun soal jual-menjual sastra Indonesia kepada pembaca internasional, menurut Mario, saat ini sering dipersempit menjadi wilayah para pembaca berbahas Inggris saja.
"Seharusnya penerjemahan karya-karya di luar bahasa Inggris ke dalam khazanah Indonesia perlu diusahakan, termasuk karya-karya yang lebih tua dari bahasa apa pun seperti bahasa Latin kuno," katanya.
Adapun diskusi ini, digelar dalam rangka perhelatan festival sastra bertaraf internasional, Jakarta International Literary Festival 2019, Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) mengadakan diskusi prafestival yang keempat. Diskusi pra-festival kali ini mengangkat tema “Menjual (Sastra) Indonesia”.