Paris, Gatra.com - Prancis mencatat rekor suhu terpanas yang pernah terjadi di negara itu: 45,9 derajat Celcius. Suhu ini lebih panas 1,8C daripada yang pernah terjadi sebelumnya, yakni di 2003 dimana suhu panas saat itu mengakibatkan 14 ribu orang meninggal dunia.
Menurut Badan Nasional Cuaca Prancis, Météo-France, kondisi suhu panas yang cukup ekstrim ini terjadi di Gallargues-le-Montueux, sebelah selatan Prancis. Sejak hari Jumat lalu, sekitar 4000 sekolah sudah diliburkan, dan jam buka taman-taman serta kolam renang untuk umum diperpanjang.
Pihak berwenang di Prancis telah mengambil langkah-langkah untuk menghindari berulangnya kembali bencana gelombang panas yang pernah terjadi di 2003 lalu. Di Paris misalnya, pemerintah kota tersebut mengaktifkan beberapa ruang pendingin di banyak gedung dan juga membangun fasilitas pancuran yang mengeluarkan kabut di pinggir jalan bagi mereka yang ingin mendinginkan tubuh.
Para ilmuwan iklim telah memperingatkan bahwa kejadian gelombang panas ini nampaknya akan makin sering terjadi beriringan dengan perubahan iklim yang makin tampak nyata. Météo-France bahkan menyebutkan, frekuensi gelombang panas ini akan terjadi dua kali lipat di tahun 2050 nanti.
Gelombang panas ini tidak hanya terjadi di Prancis namun juga menerpa beberapa negara Eropa lain seperti Jerman, Polandia dan Republik Ceko, meskipun tidak sepanas yang terjadi di Prancis. Di Jerman misalnya, suhu tertinggi terjadi di Coschen, sebuah kota di Jerman yang berbatasan langsung dengan Polandia, yakni sekitar 38,6C.
Beberapa kota di Eropa dilaporkan tampak kepayahan menghadapi situasi serangan gelombang panas ini. Maklum saja, benua Eropa memang bukan benua yang biasa dengan suhu panas. Pendingin udara alias AC adalah barang yang jarang dijumpai di Eropa.
Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe mengatakan bahwa kondisi cuaca yang terjadi saat ini sudah ekstrim. Apalagi, biasanya cuaca panas itu terjadi di sekitar bulan Juli dan Agustus, bukan pekan terakhir Juni seperti saat ini. “Cuaca ekstrim yang terjadi saat ini, makin lama akan makin ekstrim, dan sesuatu yang dulunya kita lihat tidak normal, akhirnya menjadi normal. Kita harus melakukan tindakan preventif sebelum hal ini makin menjadi buruk,” kata Philippe.
Awal pekan ini, Météo-France menyatakan bahwa cuaca ekstrim yang terjadi tidak lain karena makin tingginya efek gas emisi rumah kaca, yang bila tidak dilakukan pengurangan emisi karbon, maka cuaca ekstrim yang lebih buruk dipastikan bakal terjadi. “Dengan kondisi temperatur udara yang kain tinggi, inilah saatnya seluruh lapisan masyarakat mulai berpikir bagaimana kita harus menghadapi perubahan iklim ini. Perubahan iklim ini adalah masalah besar bagi kita semua,” ujar Menteri Kesehatan Prancis, Agnès Buzyn, seperti dilansir dari CNN.com.