Banyumas, Gatra.com – Suhu dingin yang terjadi akhir-akhir ini tak selalu berdampak negatif bagi petani. Berbeda dari petani kentang Dieng, Banjarnegara yang merugi lantaran embun es, petani jamur tiram di Banyumas justru meraup untung dari penurunan suhu udara beberapa waktu terakhir ini.
Seorang petani jamur di Cingebul, Kecamatan Lumbir, Banyumas, Nanik Ratna, mengatakan bahwa jamur tiram dikenal toleran terhadap suhu panas. Namun, saat suhu turun, jamur tiram akan lebih produktif. Itu terbukti peningkatan produksi harian yang naik seturut dengan turunnya suhu udara di wilayahnya dua pekan terakhir. Kenaikan produksi mencapai kisaran 40 persen.
Dia mengemukakan, dari sekitar 14 ribu baglog di kumbung jamurnya kini dihasilkan jamur tiram segar sekitar 30 kilogram per hari. Sebelumnya, saat suhu masih panas, produksi berkisar 17-20 kilogram per hari. “Ada kenaikan. Cukup lumayan,” katanya, Sabtu (29/6).
Dia mengakui produksi musim kemarau ini tak bisa menyamai tingginya produksi musim penghujan. Pada saat penghujan, produksi jamur tiram segar dari dua kumbungnya mencapai 35-40 kilogram per hari. “Karena suhunya dingin tapi cuaca kering. Kelembapan kurang,” ujarnya.
Di sisi lain, kenaikan produktivitas jamur tiram ini disusul dengan penurunan harga di pasaran. Kata dia, harga grosir jamur tiram sekarang turun menjadi Rp11 ribu per kilogram, dari sebelumnya Rp13 ribu.
Adapun harga eceran yang semula Rp 5 ribu per seperempat kilogram, menjadi Rp 4 ribu per kilogram. Namun, ia menyebut harga Rp11 ribu masih cukup menguntungkan. “Karena hampir semua petani jamur baglog-nya juga berproduksi lebih bagus. Jadi, banyak jamur di pasar,” katanya.
Dia mengemukakan, pangsa pasar terbesar jamur tiram di Banyumas untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Konsumen bisa membeli di pasar tradisional atau pedagang sayur keliling. Selain itu, banyak pula perajin jamur krispi atau keripik jamur memesan langsung ke kumbung.