Yogyakarta, Gatra.com - Aneka karya visual seperti lukisan, gerabah, hingga sampul-sampul buku yang disebut hingga 3.682 karya dipajang di Jogja Gallery, kawasan Alun-alun Utara Yogyakarta. Semua itu karya praktisi spiritual Susilawati Susmono yang menggelar pameran tunggal berjudul ‘Serat Holistik Kehidupan’.
Di tengah galeri, ada sebuah instalasi mirip stupa setinggi 2,7 meter. Karya bertajuk ‘Tugu Serat’ ini terbuat dari tripleks berlapis fiber dengan cat akrilik hitam. Tugu ini diapit sepasang guci hijau dan kuning.
Tiga karya ini seakan menjadi pusat karya-karya lain, seperti berbagai lukisan berbagai ukuran dengan ilustrasi simbol-simbol yang juga disusun mengerucut ke atas.
Simbol dan susunan simetris seperti ini juga dituangkan Susilawati melalui gambar-gambar pohon. Semua itu seakan menggambarkan perjalanan spiritual manusia menuju Sang Illahi. Namun tak sedikit pula kanvas-kanvas yang dijejali kata-kata mutiara dan pesan spiritual ala Susilawati.
Dalam pengantar pameran, kurator seni Mikke Susanto menulis, karya seni di pameran ini mengangkat berbagai pengalaman dan renungan mendalam akan saripati kehidupan. Spiritualitas maupun kesemestaan menjadi pilihan wacana.
“Topik kesejatian hidup manusia dituang secara intensif untuk meneguhkan sifat lintas kajian. Ekspresi artistiknya dituangkan via kanvas, gerabah, kertas, fiber, dan teko kaca. Dengan gaya visual dekoratif, muncul percampuran teks dan objek dalam lukisan, diungkap untuk menunjuk siapa kita, diri manusia di hadapan-Nya. Inilah serat-serat tauhid kontemporer,” tulis Mikke.
Susilawati meninggalkan profesinya di bank sejak 1999 kemudian menekuni dunia spiritual. Ia disebut telah menulis seratusan buku tauhid dan menggagas seminar nasional, karya ilmiah, lagu, tari, sastra, dan karya rupa.
Pameran ini disebut menampilkan 3.682 karya mencakup 100 buku, 588 karya sastra, 43 lagu, 15 tari, 2,479 serat Al-Quran, 285 manuskrip serat, 130 lukisan, 24 guci, 12 teko kaca, 1 tugu serat, dan 3 desain motif batik.
“Untuk pameran seni secara tunggal, ini baru pertama kali. Tapi untuk acara pertunjukan seni sudah kami tampilkan beberapa kali sebelum pameran ini,” ujar Mawadah, seorang panitia pameran, kepada Gatra.com, Rabu (26/6).
Sejumlah pertunjukan seni pun dipentaskan di sela gelaran pameran. Menurut Mawadah, semua karya, penampilan, dan penataannya memiliki makna spiritual, termasuk sebuah cermin bundar besar yang ditaruh sebelum pintu masuk ruang pameran.
Sejak dibuka pada 22 Juni, pameran ini juga menyediakan tur berpemandu setiap sore untuk memahami karya-karya yang dipertunjukkan ke publik hingga 3 Juli 2019 ini.