Jakarta, Gatra.com - Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dodo Gunawan mengungkapkan bahwa daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah jelang musim kemarau, akan mulai menghadapi kekeringan.
"Jawa Timur sudah parah ya, hitungan hari tanpa hujan mencapai 60 hari. Di Jateng juga sudah beberapa daerah berkisaran, hampir seluruh Jawa kalau di pantauan peta cuaca BMKG berwarna merah. Artinya mulai sebulan disana tidak ada hujan terus menerus," ungkap Dodo kepada wartawan saat konferensi pers penanggulangan bencana di Graha BNPB, Matraman, Jakarta Timur, Jumat (28/6).
Dalam paparannya, Dodo menunjukkan daerah yang paling kering di Jawa Timur dan Jawa Tengah terjadi terutama di bagian selatan Pulau Jawa.
Diantara penyebab kemarau berkepanjangan tahun ini ialah akibat munculnya El Nino, yang merupakan perubahan iklim global akibat memanasnya suhu di laut Pasifik.
"Jadi kita menyatakan tahun ini perkiraan lebih kering dibanding yang kita lihat di tahun 2018. Kan kita bandingkan dan tahun ini dipengaruhi El Nino, . Kalau tahun 2018 El Nino tidak muncul," kata Dodo.
Sementara terkait lamanya kemarau, Dodo menyebut hal tersebut variatif. Dimana ada daerah yang mengalami kemarau mulai bulan April, Mei, maupun Juni.
"Nanti Juli sudah hampir semua lah masuk. apalagi Agustus, tahun ini lebih kering, tapi kalau lebih panjang beberapa daerah, iya lebih panjang. Nanti kita lihat berakhirnya itu, saat nanti kita buat prediksi musim hujan. Nanti Agustus kita bikin prediksi musim hujan untuk di Oktober - November," kata Dodo.
Untuk antisipasi menghadapi kekeringan, terutama bagi sektor pertanian, Dodo menghimbau masyarakat untuk memanfaatkan embung yang seharusnya sudah diantisipasi ditampung sejak muslim hujan, dan dimanfaatkan saat kemarau dengan menggunakan pompa.
"Mungkin nanti biaya produksi terpengaruh tapi kan mau ngak mau, mereka harus jalan sehingga mereka mengeluarkan biaya tambahan untuk memompa air," kata Dodo.