Jakarta, Gatra.com - Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Indra Exploitasia mengatakan, acara "The 9th Trondheim Conference on Biodiversity" sebagai persiapan " Convention on Biological Diversity (CBD)" di China pada 2020. Hal ini guna menetapkan target baru pasca-2020 mengenai pelestarian keanekaragaman hayati.
Ia menjelaskan, Indonesia telah meratifikasi CBD pada 1994 dengan tiga prinsip, yaitu konservasi, pemanfaatan berkelanjutan, dan akses untuk mendapatkan sumber daya genetik. Program tersebut merupakan Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2015-2020, yang mensinergikan target nasional dengan target CBD yang ditetapkan oleh Aichi Biodiversity Targets.
“Upaya konservasi yang sudah dilakukan terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati di level nasional mencapai 17%. Melampaui target global yakni 11% yang telah ditetapkan oleh Aichi Biodiversity Targets. Untuk mengurangi hilangnya keanekaragaman hayati,” ujarnya.
Oleh karena itu, dalam pertemuan tersebut, Menteri LHK RI, Siti Nurbaya Bakar akan menyampaian tujuan Indonesia sebagai pemimpin dalam upaya dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity) dan sebagai dasar untuk menentukan target baru.
“Mengenai upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menjaga biodiversity [agar] tetap lestari. Sehingga sistem yang dilakukan Indonesia digunakan oleh seluruh negara sebagai pembelajaran dalam pelestarian biodiversity,” katanya
Terkait dengan peningkatan populasi, Indra mengatakan, Indonesia memiliki 271 side monitoring untuk memantau setiap perkembangan populasi. Mengambil contoh dari pantauan side monitoring KLHK RI di di Taman Nasional Bali Barat, populasi Jalak Bali yang pada 2015 lalu, hanya sejumlah 31 dan saat ini berjumlah 191.