Bengkulu, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) mengapresiasi peningkatan ekspor dari Bengkulu senilai Rp162,65 miliar, atau naik 72,2% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Kepala Barantan, Ali Jamil, dalam keterangan tertulis, Jumat (28/6), mengatakan, pihaknya juga mengapresiasi eksportir di Bengkulu atas capaian ini.
"Alhamdulillah, ini kita dorong terus, dari sistem pelayanannya maupun jaminan kesehatannya, sesuai persyaratan negara tujuan," kata Ali dalam acara Apresiasi Pelaku Usaha Agribisnis sekaligus melepas ekspor berbagai komoditas pertanian di Pelabuhan Pulau Baai, Kota Bengkulu senilai Rp9,4 miliar, Kamis (27/6).
Salah satu komoditas yang diekspor berupa sarang burung walet tujuan Taiwan senilai US$4.138. Sebelumnya, ekspor sarang walet dari Bengkulu dilakukan melalui tempat lain seperti Jakarta atau Semarang. Pasalnya, selain belum adanya rumah walet dan tempat produksi yang tersertifikasi, juga belum ada penerbangan internasional langsung dari Bengkulu.
Jamil mendorong agar para petani walet dan pelaku industrinya meregistrasi rumah walet dan tempat produksinya ke Barantan agar hasil produksinya lebih berdaya saing. Ia juga berkomitmen dan berkomunikasi dengan instansi dan pemerintah daerah agar akses logistik internasional dapat dipersingkat dan disederhanakan.
Saat ini, sarang walet asal Bengkulu diekspor ke Taiwan melalui kantor pos atau jasa titipan. "Ini bisa jadi alternatif sementara, lewat jasa titipan atau bandara internasional terdekat, intinya kita dorong agar bisa langsung lewat Bengkulu, dan pastinya harus disertifikasi Karantina agar sesuai persyaratan negara tujuan," ungkap Jamil.
Selain sarang walet, diekspor pula cangkang sawit tujuan Thailaand senilai Rp7,15 miliar dan karet lempengan tujuan Amerika Serikat (AS) senilai Rp2,17 miliar. Menurut Jamil, Barantan terus mendorong pertumbuhan ekspor komoditas pertanian daerah setidaknya dengan dua program yaitu inline inspection karantina dan program agro gemilang.
Program inline inspection merupakan percepatan layanan karantina berupa fasilitas jemput bola, yaitu pemeriksaan karantina yang dilakukan di tempat pemilik, sehingga tidak memerlukan waku tambahan untuk pemeriksaan karantina di pelabuhan.
Sedangkan program agro gemilang, merupakan bimbingan teknis pada para millenial calon eksportir agar komoditas yang diekspor dapat memenuhi standar sanitary and phytosanitary (SPS) negara tujuan.
Kepala Karantina Pertanian Bengkulu, M Ischaq, menambahkan, sesuai data dari sistem otomasi perkarantinaan, IQFAST di wilayah kerjanya tercatat tahun 2018 ekspor komoditas pertanian dari Provinsi Bengkulu sebanyak Rp162,65 miliar, sedangkan hingga Juni 2019, nilai ekspor komoditas pertanian mencapai Rp117,45 miliar.
Adapun komoditas unggulan, di antaranya karet lempengan, kayu karet dan sengon, cangkang sawit, kulit kayu manis dan kopi. Sementara negara mitra dagang yang menjadi tujuan ekspor di antaranya AS, Tiongkok, India, Kanada, Afrika, Thailand, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Swiss, dan Jepang.
Menurutnya, sarang walet menjadi potensial karena harganya mencapai Rp25 juta per kg, sedangkan tujuan Tiongkok harganya hingga Rp40 juta per kg. Dari data yang ada, pada 2018 ekspor sarang walet Indonesia ke Tiongkok secara keseluruhan nilainya mencapai Rp40,6 triliun.
Dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 24/6/2019, menyebutkan, pertumbuhan ekspor komoditas pertanian yang positif dengan pertumbuhan 25,19% dibandingkan tahun lalu (year on year) atau senilai US$0,32 miliar.
BPS mencatat, kenaikan nilai ekspor pertanian ini menjadi salah satu variabel penting yang menyebabkan kenaikan ekspor nasional Mei 2019 yaitu sebesar US$14,74 miliar, naik 12,42% secara bulanan (month on month). Hal tersebutlah yang mengakibatkan neraca perdagangan nasional surplus sebesar US$207,6 juta.
Yuliswani, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Bengkulu yang juga hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi inisiasi dan program Kementan yang mendorong produk lokal nusantara agar dapat tembus ke pasar mancanegara. Ia berkomitmen akan terus mendukung dengan melakukan kerja sama lewat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di lingkungannya.
Jamil menjelaskan, melalui dua program di atas, diharapkan peningkatan ekspor komoditas pertanian dapat makin bertumbuh. Menurutnya, setidaknya ada 5 strategi yang bisa dilakukan melalui program persebut.
Pertama, kata Jamil, adalah dengan menambah jumlah eksportir baru terutama kalangan millenial. Kedua, melakukan diversifikasi produk ekspor. Ia menyarankan agar produk yang diekspor minimal setengah jadi. Strategi yang ketiga, meningkatkan frekuensi jumlah ekspor.
Keempat, membuka akses pasar baru komoditas pertanian di mancanegara. Terakhir atau kelima, melakukan terobosan dan inovasi layanan perkarantinaan guna mempercepat proses bisnis eksportasi komoditas pertanian.
Dalam kesempatan yang sama, Jamil juga menyerahkan secara simbolis akses aplikasi I-MACE (Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports) kepada Asisten II.
"Lewat aplikasi ini, dapat terlihat perkembangan dan potensi ekspor komoditas pertanian yang ada di daerah secara real time, semoga dapat dijadikan masukan dalam membuat kebijakan pembangunan pertanian di daerah," kata Jamil.