Jakarta, Gatra.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan bahwa kemajuan teknologi mempunyai perbandingan lurus terhadap perkembangan dunia pendidikan tinggi. Hal tersebut disampaikan oleh Menristekdikti saat memberikan sambutan di kegiatan praktek pengajaran 3D "Kehebatan Otak Manusia dan Bahaya Yang Mengancam" Universitas Pelita Harapan, di Plaza Semanggi, Jakarta Pusat, Jumat (28/6).
Nasir menyebutkan bahwa di era Revolusi industri 4.0 seperti sekarang, pembaruan teknologi di bidang belajar mengajar memang sangat penting. Menurutnya, dengan perkembangan teknologi metode kuliah tatap muka antara dosen dan mahasiswa bisa dilakukan dimana dan kapan saja melalui virtual reality ataupun Artificial Intelegence.
"Di Industri 4.0 ini memang perkuliahan bisa dilakukan secara jarak jauh menggunakan Virtual Reality ataupun AI. Nah yang dilakukan UPH ini melalu pengajaran video bisa menjadi salah satu contoh yang bisa dikembangkan ke depan," ungkap Nasir saat ditemui di Plaza Semanggi, Jakarta Pusat, Jumat (28/6).
Lebih lanjut, Nasir mengatakan bahwa digitalisasi metode perkuliahan memang penting. Peningkatan metode perkuliahan secara jarak jauh ini juga diharapkan bisa menjadi pintu masuk bagi pemerataan pendidikan di Indonesia kelak. Nasir juga akan terus mengembangkan dan berkolaborasi dengan pihak lainnya agar metode perkuliahan digital bisa diaplikasikan serentak nantinya.
"Makanya apa yang dikembangkan Prof. Eka dan UPH ini layak diapresiasi dan semoga sukses. Kalau ini bisa dilakukan seluruh Indonesia, semua orang bisa menikmati pendidikan yang berkualitas kelak," Ungkap Nasir.
Universitas Pelita Harapan hari ini (28/6) mengundang Menristekdikti dan jajaran staf kementrian untuk bersama menyaksikan paparan kuliah digital mengenai "Kehebatan Otak Manusia dan Bahaya Yang Mengancam" yang disampaikan oleh Prof. Eka Wahjoepramono, Ph.D. Kuliah digital jarak jauh melalui video ini juga sebagai hasil pengalaman Prof. Eka saat diundang memberikan perkuliahan di Universitas Cambridge, Inggris, yang kemudian ingin coba di aplikasikan salah satunya di UPH.