Jakarta, Gatra.com - The Beatles adalah salah satu band legendaris. Sejak dibentuk di Liverpool, Inggris pada 1960, mereka setidaknya sudah menghasilkan 12 album studio, dan tujuh kali meraih Grammy Awards. Single maupun album mereka bertengger merajai banyak chart baik di Inggris, Amerika Serikat, dan di negara-negara lain. Lebih dari sekedar musik, karya-karya John, Paul, Ringo, George kerap pula dikaitkan dengan revolusi sosial budaya era 1960-an. Tak heran, majalah TIME mencatatkan mereka sebagai satu dari 100 orang paling berpengaruh pada abad ke-20.
Bayangkan, suatu hari tak ada seorang pun tahu The Beatles.
Jack Malik (diperankan Himesh Patel) adalah seorang pria muda dari Suffolk, county yang terletak 80 km dari London. Sejak remaja, dia sudah bermimpi menjadi seorang musisi. Tak hanya memiliki koleksi piringan hitam sangat banyak, dia berjuang tampil di panggung-panggung bar sampai festival. Manajer sekaligus sahabat Jack sejak kecil, Ellie Appleton (Lily James), selalu setia menemani. Di sela-sela pekerjaan tetapnya sebagai guru Matematika, Ellie berusaha memaksimalkan waktunya mendampingi Jack.
Satu ketika, Jack tertabrak sebuah bus. Tak disangka, momen ketika dia ditabrak itu bertepatan dengan waktu di mana seluruh dunia mengalami kegelapan selama 12 detik. Belakangan, diketahui 12 detik itu mengubah momen sejarah, yaitu sejumlah hal yang selama ini eksis mendadak lenyap dan seolah tak pernah ada. Termasuk diantaranya rokok, Coca Cola, juga The Beatles.
Baca Juga: Kostum 'Grease' Milik Olivia Newton-John Dilelang
Terbelah antara kerinduan akan musik The Beatles dan mimpi merajai panggung dunia, mulailah Jack memainkan lagu-lagu The Beatles. Tentu saja semua orang menduga itu lagu asli Jack. Sudah pasti pula kualitas musik tersebut sukses mengantarkan Jack ke studio rekaman elit di Los Angeles, pertemanan dengan Ed Sheeran, dan tampil di hadapan puluhan ribu orang di Stadion Wembley, London.
Kita tahu bahwa lagu Yesterday, yang ditulis oleh Paul McCartney mencatatkan rekor sebagai lagu yang paling banyak dinyanyikan ulang. Dalam dunia Jack, lagu tersebut mengantarkan dia meraih hari ini yang dia dambakan. Masa depan terlihat cerah, walau dia gerah karena tak ada Band Oasis.
Richard Curtis adalah penulis yang bertanggung jawab di balik kisah drama-fantasi tersebut. Film ini bisa dikatakan versi lebih tidak ekstrem dibanding permainan waktu di About Time (2013). Variasi musik 60-an memang tidak marak seperti di The Boat That Rocked (judul di AS, Pirate Radio, 2009), karena Yesterday fokus pada satu band. Tapi gaya Curtis menjejak kuat di Yesterday: lagu-lagu minimalis, karakter utama berjuang tetap optimis, diwarnai romansa manis. Semacam nuansa geregetan yang muncul saat menonton karya dia yang lain, Love Actually (2003).
Kenapa tokoh utamanya pria berdarah India? Bagian ini adalah tanggung jawab sang sutradara, Danny Boyle. Setelah menggarap Slumdog Millionaire (2008), dan menggondol Oscar sebagai sutradara terbaik, nampaknya dia ingin melanjutkan opsi serupa. Tadinya Boyle dipercaya menggarap Bond 25. Tapi pria kelahiran 20 Oktober 1956 tersebut memilih berpaling dari sang detektif dan berkutat dengan seorang musisi.
Baca Juga: Pemusik Gaek Djaduk Ferianto Berharap TCWMF jadi Ikon World Music Festival di Indonesia
Yesterday sangat memuaskan dari sisi visual. Saat manajer Ed, yang lalu jadi manajer baru Jack, Debra Hammer (Kate MacKinnon), pertama kali muncul lewat pintu yang penuh warna, itu menjadi simbol karakter Debra yang juga sangat hidup. Ketika Jack hendak konser dan merasa gugup, cara kamera menyorot wajahnya dari angle bawah memperkuat narasi gugup Jack. Atau ketika Jack pertama kali merilis single, lalu dia mengamati netizen yang mencintai lagunya, belasan monitor di scene tersebut berfungsi maksimal.
Di ujung konser Wembley, Jack mencoba berdialog dengan Ellie. Kehadiran muka Ellie memenuhi layar LED ditambah kalimat-kalimat rekonsiliasi, justru menjadi adegan penuh kesan. Tak seperti Pastur McKenzie, kata-kata Jack jelas didengar orang-orang.
Jika ini film buatan Hollywood, maka kerap terjadi dramatisasi berlebihan dan upaya normalisasi keadaan. Tapi, karena ini buatan Inggris, kita disodorkan style yang tentu berbeda. Konflik tak perlu bombastis, bertutur sederhana, diwarnai komedi menyenangkan.
Film ini rilis perdana di Tribeca Film Festival pada 4 Mei lalu. Kemudian, Yesterday tayang di Inggris juga di Indonesia mulai besok, Jumat, 28 Juni 2019.