Jakarta, Gatra.com - Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu mengaku telah memanggil sejumlah rektor dari beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) yang terindikasi terpapar kelompok radikal. Hal tersebut dilakukan Menhan untuk memastikan tidak ada sebaran virus radikalisme yang berasal dari kampus.
"Kan sudah saya panggil itu namanya rektor-rektor, ada berapa ratus itu. Saya panggil ini jangan terulang lagi," katanya dalam penjelasan pers di Hotel Shangrila, Jakarta, Kamis (27/6)
Lebih lanjut, Menhan mengatakan jabatan rektor dipertanyakan apabila tidak mampu menjaga ideologi Pancasila di kampus. Padahal selama ini kampus berperan sebagai benteng penyemaian nilai-nilai Pancasila dan keluhuran.
"Berarti dia tidak mau bangsa ini satu. Berarti dia mau bangsa ini terpecah pecah. Tidak boleh," sebutnya.
Ideologi Pancasila, kata Menhan harus terus dijaga dan salah satunya melalui pendidikan tinggi. Pancasila menurutnya jalan perekat dan pemersatu bangsa. Jika ada ideologi selain Pancasila adalah bentuk pelanggaran.
"Kalau kita mencintai bangsa dan negara ini pegang perekatnya. Apa perekatnya? Pancasila. Pancasila itu bukan agama. Agama sudah jelas. Lakum dinukum waliyadin. Terserahlah yang penting kita satu," pungkas Menhan.
Sebelumnya, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) dan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta dalam sebuah penelitian mengatakan terdapat kelompok Islam radikal di delapan (8) PTN di Indonesia.
Peneliti LPPM Unusia, Naeni Amanulloh menyebutkan kampus yang terpapar pemahaman radikal di antaranya: UNS Surakarta, IAIN Surakarta, UNDIP Semarang, UNNES Semarang, UGM Yogyakarta, UNY Yogyakarta, Unsoed Purwokerto, dan IAIN Purwokerto. Ia membagi kelompok Islam tersebut menjadi tiga kategori, yakni Salafi, Tarbiyah, dan Gema Pembebasan (HTI).