Home Ekonomi BPBD Jateng Sebutkan 10 Kabupaten/Kota Dilanda Kekeringan

BPBD Jateng Sebutkan 10 Kabupaten/Kota Dilanda Kekeringan

Semarang, Gatra.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menyebutkan bencana kekeringan telah melanda di 10 kabupaten/kota. Ke-10 kabupaten/kota  itu  adalah Cilacap, Klaten, Purbalingga, Temanggung, Klaten, Banyumas, Grobogan, Purworejo, Tegal, dan Kota Semarang.

“Kami telah melakukan dropping air bersih ke-10 daerah yang mengalami kekeringan tersebut,” kata  Kepala BPBD Jawa Tengah (Jateng), Sudaryanto di Semarang, Kamis (27/6).

Sudaryanto  menyatakan telah mengirimkan  138 tanki air bersih untuk membantu kebutuhan mandi, memasak, dan air minum masyarakat di 10 kabupaten/kota tersebut.

Pasokan tanki air bersih paling banyak di Klaten, yaitu  sebanyak 60 tanki, disusul Cilacap  (28 tanki), Banyumas dan Purworejo (16), Grobogan dan Kota Semarang (6), Pemalang (2), serta Temanggung dan Pemalang (1).

“Daerah yang terkena kekeringan kemungkinan akan meluas karena dari perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak musim kemarau mulai September hingga akhir Desember 2019,” ujar Sudaryanto.

Mengutip prediksi BMKG, Sudaryanto, menyatakan bahwa  puncak musim kemarau akan  menyebabkan 31 kabupaten/kota di Jateng kekeringan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, BPBD Jateng  menyiapkan  1.000 tangki air bersih yang sewaktu-waktu ada daerah yang meminta pengedropan air bersih.

“Masyarakat bila ingin meminta bantuan drooping air bersih agar berkoordinasi dengan perangkat desa terkait seperti pihak kelurahan dan kecamatan atau bisa langsung ke BPBD di daerah masing-masing,” ujarnya.

Sudaryanto mengimbau masyarakat  untuk menghemat penggunaan air karena musim kemarau akan berlangsung hingga Desember 2019. Penghematan air ini  membantu upaya mengantisipasi bencana kekeringan, karena sejumlah waduk saat ini  mengalami penurunan debit air. “Masyarakat agar bijak dalam menggunakan air bersih karena musim kemarau masih cukup lama,” katanya.

Kemungkinan melakukan program hujan buatan, Sudaryanto menyatakan, belum ada rencana karena hal itu membutuhkan biaya yang sangat besar.

 

444