Padang, Gatra.com - Pertambangan Batubara Ombilin di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat berhasil masuk dalam kandidat situs budaya warisan dunia di United Nation Educational, Scientiefic, and Cultural Organization (UNESCO) mewakili Indonesia bersama situs dari beberapa negara lainnya.
Terdapat empat (4) kategori dalam daftar calon Situs Warisan Dunia pada tahun 2019 yakni: situs alami, situs budaya, situs campuran (alami dan budaya) dan situs warisan dunia yang berada dalam bahaya.
Pertambangan Batubara Ombilin di Sawahlunto atau Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto akan bersaing dengan 27 situs budaya terkenal lainnya. Beberapa di antaranya: Ancient Ferrous Metallurgy Site (Burkina Faso), Dilmun Burial Mounds (Bahrain), Babylon (Irak), Budj Bim Cultural Landscape (Australia), Archaeological Ruins of Liangzhu City (China), Jaipur City, Rajasthan (India), Bagan (Myanmar) dan situs dunia lainnya untuk mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Komite Warisan Dunia UNESCO akan melakukan rapat selama 11 hari di Kota Baku, Azerbaijan, untuk menentukan situs yang akan masuk dalam warisan budaya dunia tersebut.
Untuk diketahui, Sawahlunto dikenal sebagai kota tambang batu bara tertua di Sumatera Barat. Tambang di kawasan tersebut pertama kali dibuka pada 1891 di daerah Sungai Durian yang menjadi awal mula penambangan batu bara di Kota "Mutiara Hitam" tersebut. Berdasarkan sejarahnya, seorang ahli pertambangan Belanda, Willem Hendrik de Greve, diketahui meneliti dan menemukan cadangan batu bara di sepanjang alur Sungai Ombilin pada 1867.
Dua puluh tahun kemudian, pemerintah kolonial Belanda mulai membangun infrastruktur guna menunjang kegiatan penambangan batu bara. Infrastruktur yang dibangun yaitu: jalur kereta api ke Teluk Bayur, yang terletak di Padang, untuk mengangkut batu bara tersebut ke luar negeri.
Daerah tersebut mulai dieksploitasi besar-besaran sejak 1891 dengan memperkerjakan pribumi sebagai pekerja tambang hingga berakhirnya masa penjajahan Belanda. Penggarapan tambang di Sawahlunto terus berlanjut pada masa kemerdekaan Republik Indonesia dan berakhir pada 1998.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB ) Sumbar, Nurmatias menyebutkan ada tiga pilar penting yang ada di Sawahlunto. Pilar yang dimaksud yaitu: Kota Sawahlunto sebagai kota bersejarah, jalur kereta api sampai ke Pelabuhan Teluk Bayur, dan pertambangan batu bara di kawasan tersebut.
"Di Sawahlunto dimulai dari pabrik batu bara hingga lokasi penambangan di lubang Lunto, lubang Sirakuik, dan lubang Mbah Suro sebagai tempat pengambilan baru bara," ujarnya.
Selain itu, terdapat beberapa bangunan peninggalan kolonial Belanda yang masih awet di daerah tersebut. Misalnya Goedang Ransoem yang digunakan sebagai tempat memasak pekerja tambang, Rumah sakit, dan fasilita slainnya.
Sawahlunto, sambung Nurmatias, pernah memiliki jalur kereta api aktif hingga ke Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Jalur tersebut dulunya serangkaian dengan jalur kereta api yang terdapat di stasiun Kabupaten Solok, Batu Taba (Tanah Datar), Padang Pariaman, dan Kota Padang. Selain itu terdapat pemutaran lokomotif, roda gigi, terowongan kereta api, dan rel gigi sepanjang 13 kilometer sebagai rel gigi pertama penghubung Sawahlunto dengan Teluk Bayur.
"Semoga Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto berhasil dipilih dan ditetapkan sebagai warisan budaya dunia dalam sidang UNESCO pada Juli ini. Sekitar tanggal 9 Juli kita akan mengetahui hasilnya," imbuhnya.