Singapura, Gatra.com - Bank sentral Singapura sedang meninjau prediksi pertumbuhan ekonomi 1,5%-2,5% untuk tahun ini. Bank sentral juga tidak mengesampingkan potensi pelonggaran moneter di luar siklus karena perang dagang AS-Cina mengguncang ekonomi negara yang tergantung pada ekspor ini.
Gubernur Monetary Authority of Singapore's (MAS) Ravi Menon mengatakan, indikator ekonomi terkini menunjukkan potensi pertumbuhan kuartal kedua yang hanya 1,2%, terendah dalam 10 tahun terakhir. Bahkan, ada yang memperkirakan resesi pada tahun 2020. Pusat manufaktur teknologi tinggi ini lebih rentan terhadap perang dagang daripada negara lain di Asia Tenggara.
"Ekonomi Singapura berada dalam perjalanan keras. Kita harus waspada tetapi tidak perlu khawatir," kata Menon dikutip dari Reuters.
Kepala ekonom MAS, Edward Robinson mengatakan, bank sentral dan kementerian perdagangan akan menunggu angka pertumbuhan kuartal kedua pada Juli sebelum menyelesaikan revisi perkiraan setahun penuh.
Pada Rabu (26/6), bank sentral Thailand memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 tapi menahan suku bunga acuan.
Sejumlah data ekonomi yang buruk mendorong para ekonom memperkirakan adanya pelonggaran moneter pada pertemuan setengah tahunan MAS bulan Oktober mendatang, atau lebih cepat jika outlook ekonomi global makin suram dan bank sentral AS Federal Reserve memangkas suku bunga.
Menon mengatakan, kebijakan moneter saat ini sudah tepat. Tapi dia mengatakan bahwa kebijakan moneter di luar siklus pun bisa menjadi pilihan. MAS terakhir mengambil kebijakan ini ketika secara tak terduga melonggarkan kebijakan pada Januari 2015 untuk melawan tekanan deflasi dan memperlambat pertumbuhan.
"Ada banyak sekali faktor baru yang sedang kami pelajari dengan sangat hati-hati. Tentu saja para analis akan mengemukakan berbagai kemungkinan dan saya tidak akan mengesampingkan salah satu di antaranya pada saat ini," kata Menon.
Singapura dipandang sebagai penerima manfaat potensial dari pelarian modal apa pun dari Hong Kong. Kondisi pusat finansial Hong Kong masih panas karena pemerintah setempat berencana untuk mengizinkan ekstradisi tersangka diadili di China dan memicu demonstrasi selama berhari-hari.
Menon mengatakan tidak ada tanda-tanda pemindahan dana dari Hong Kong ke Singapura. Dia menambahkan bahwa setiap pergolakan di pusat keuangan Hong Kong sebenarnya dapat menjadi negatif bagi Singapura.
"Ketidakpastian yang berkepanjangan di Hong Kong tidak baik untuk Singapura. Orang cenderung melihat terlalu banyak melalui kacamata persaingan," jelas Menon.