Home Ekonomi Modernisasi Ubah Wajah Pertanian Indonesia

Modernisasi Ubah Wajah Pertanian Indonesia

Jakarta, Gatra.com - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengatakan, modernisasi pada sektor pertanian di antaranya penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) merupakan salah satu jawaban terhadap tantangan era industri 4.0. Ini juga mengubah wajah pertanian Indonesia.

Amran dalam keterangan tertulis, Kamis (27/6), menyampaikan, modernisasi di sektor pertanian merupakan keniscayaan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat berbasis pertanian.

Menurutnya, program mekanisasi tidak hanya berperan nyata dalam meningkatkan produksi pangan. Tapi di sisi lain, juga terbukti menjadi solusi dalam kelangkaan tenaga kerja pertanian.

Bantuan besar-besaran alsintan pada 4 tahun terakhir telah mengubah wajah pertanian Indonesia menjadi lebih modern. Efek domino dari bantuan alsintan pun terjadi. Bukan hanya itu, produksi pangan pun terdongkrak, kesejahteraan petani pun terangkat.

"Modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi efisien menggantikan pola usaha manual. Mekanisasi juga sebagai solusi mengatasi berkurangnya tenaga kerja pertanian karena bermigrasi ke sektor industri dan jasa," ungkapnya.

Seperti diketahui, jumlah terbanyak tenaga kerja pada sektor tanaman pangan adalah petani yang sudah berusia lebih kurang 60 tahun, kemudian disusul usia antara 40 hingga 45 tahun. Dengan kata lain, terrjadi kelangkaan petani dari kalangan muda.

Akibatnya, kapasitas kerja tanam padi per satuan luas lahan menjadi rendah, biaya tanam pun menjadi mahal. "Intinya, pertanian modern harus dapat menaikkan pendapatan petani, menekan biaya produksi, juga meningkatkan kesejahteraan petani," kata Amran.

Sementara itu, catatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, pemerintah telah memberikan bantuan alsintan sekitar 720 ribu unit dengan berbagai jenis. Jumlah itu diperkirakan naik hampir 500% dari sebelumnya. Alsintan tersebut berupa rice transplanter, combine harvester, dryer, power thresher, corn sheller dan rice milling unit, traktor, serta pompa air.

Pada tahun 2015, bantuan alsintan sebanyak 54.083 unit, tahun 2016 naik menjadi 148.832 unit. Sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit. Tahun 2019, Kementan akan mengalokasikan alsintan sebanyak 50 ribu unit.

Puluhan ribu alsintan tersebut berupa traktor roda dua sebanyak 20 ribu unit, traktor roda empat 3 ribu unit, pompa air 20 ribu unit, rice transplanter 2 ribu unit, cultivator 4.970 unit, dan excavator 30 unit.

"Bantuan alsintan itu merupakan terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Kita ingin dengan alsintan mengubah mindset petani dari bertani secara tradisional ke modern. Kita juga ingin usaha tani menjadi lebih efisien," kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edhy.

Sarwo mencontohkan, jika pengolahan lahan menggunakan tenaga manusia (cangkul), maka dalam 1 ha sawah diperlukan 30-40 orang, lama pengerjaannya 240-400 jam per ha, sedangkan biayanya mencapai Rp2-2,5 juta per ha. Sementara dengan alsintan (traktor tangan), hanya diperlukan tenaga kerja 2 orang, jumlah jam kerja hanya 16 jam per ha dan biayanya Rp900 ribu-1,2 juta per ha.

Begitu juga saat panen. Jika menggunakan alsintan hanya memerlukan waktu 3 jam. Sedangkan kalau menggunakan tenaga manusia, perlu waktu 1 minggu. Keuntungan lainnya, lanjut Sarwo, adalah saat tanam bisa serentak, karena pengolahan lahan bisa cepat, sehingga petani bisa menanam sebanyak 3 kali setahun.

Kalkulasi pemerintah dengan mekanisasi dapat menghemat biaya produksi hingga 30% dan menurunkan susut panen 10%. Mekanisasi juga menghemat biaya olah tanah, biaya tanam, dan panen dari pola manual Rp7,3 juta per ha menjadi Rp5,1 juta per ha.

Untuk optimalisasi penggunan alsintan, pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan penyuluh terus memobilisasi agar bisa digunakan secara optimal oleh petani. Mobilisasi alsintan ke depan akan mendorong dan mendukung perubahan pola tanam dan produksi petani.

Guna memudahkan pengelolaan alsintan oleh petani, Kementan melalui Ditjen PSP menggencarkan program pengembangan Pertanian Korporasi Berbasis Mekanisasi (PKBM). Program PKBM ini meliputi pembuatan gudang alsintan, legalisasi struktur organisasi, pelatihan manajemen dan aplikasi UPJA Smart Mobile, dan penetapan petugas pendamping lapangan.

Kegiatan ini sudah ada percontohannya di lima lokasi yakni Kabupaten Tuban (Jawa Timur), Sukoharjo (Jawa Tengah), Konawe Selatan (Sulawesi Tenggara), Barito Kuala (Kalimantan Selatan), dan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan).

Berkat program mekanisasi, survei Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BB Mektan) Badan Litbang Pertanian, level mekanisasi pertanian Indonesia pun terangkat. Jika pada tahun 2015 level mekanisasi pertanian Indonesia baru 0,5 HP per ha, maka tahun 2018 meningkat 236% menjadi 1,68 HP per ha. Level mekanisasi pertanian adalah penggunaan daya alsintan terhadap luas areal yang tercover alsintan.

Modernisasi pertanian melalui bantuan alsintan bukan hanya produksi padi yang meningkat, tapi juga kesejahteraan petani pun menjadi lebih baik, sekaligus menjawab tantangan revolusi industri 4.0.