
Jakarta, Gatra.com- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan data terbaru jumlah penderita penyakit mata di dunia, trakoma. Pada 2002, sebanyak 1,5 miliar jiwa, menurun menjadi 142 juta di tahun 2019.
Dari beberapa pertemuan 22 Aliansi WHO menunjukkan jumlah orang yang membutuhkan pembedahan trichiasis trakomatosa telah berkurang, dari 7,6 juta di 2002 menjadi 2,5 juta pada 2019. Persentase penurunan sebesar 68%.
WHO tampaknya semakin serius menjalankan misi penghapusan trakoma global pada 2020 (GET2020). Keberhasilan tercapai karena meningkatnya kemauan politik di negara endemik. Terdapat upaya pengendalian penyakit, terlihat dari rekap laporan di beberapa negara. Selain itu, adanya program global untuk memetakan penyakit menular pada 1.500 kasus, yang dibantu Menteri Kesehatan. Sehingga kualitas survei dipastikan terjamin keakuratannya.
" Menghilangkan trakoma berarti berkontribusi pada kesehatan mata dan kualitas hidup orang paling miskin. Ini juga karena pemberian antibiotik azithromycin. Kontribusi berkelanjutan dari mitra donor yang berdedikasi," ujar Direktur Departemen Kontrol WHO untuk Penyakit Tropis melalui rilis WHO, Kamis (27/6).
Menurutnya, untuk mencapai cakupan kesehatan universal, perlu dorongan dari berbagai pihak. Selama ini, komunitas kesehatan di berbagai negara rutin memberikan penyuluhan mengenai faktor resiko trakoma.
Pada 2018, 146.112 kasus trichiasis teratasi. Di 782 distrik, hampir 90 juta orang diobati dengan antibiotik. Hal ini menandakan masyarakat dunia masih membutuhkan antibiotik. Selain obat, implementasi strategi "SAFE", memperkuat evaluasi dan mobilisasi tenaga medis. Hal ini karena perlu adanya pemerataan angka penurunan penderita trakoma di setiap daerah.
" Memastikan warga di daerah terpencil dan tertinggal mendapatkan layanan kesehatan. Memperkuat secara komprehensif," ucap Ketua Koalisi Internasional Pengawas Trakoma, Scott McPherson.
Seperti diketahui, trakoma merupakan penyakit mata yang disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis. Merupakan jenis penyakit yang menular melalui kontak mata dan hidung. Umumnya menyerang remaja.
Gejalannya, terjadi penurunan kekebalan tubuh. Meski infeksi semakin lama berkurang, tetapi kelopak mata menjadi bergaris. Penyakit ini mengakibatkan rasa nyeri berkepanjangan. Apabila tidak diobati, menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan.