London, Gatra.com - Perusahaan keamanan siber Amerika Serikat (AS), Cybereason, melaporkan, kelompok peretas menyusup ke perusahaan telekomunikasi. Kelompok tersebut memata-matai orang-orang penting di seluruh dunia. Diduga mereka bekerja untuk sebuah negara.
Cybereason yang berbasis di Boston, menyatakan, taktik itu memberi peretas akses ke catatan panggilan VIP, data lokasi, dan informasi perangkat. Hal itu secara efektif dapat mengubah penyedia seluler yang menjadi target mereka.
Dikutip dari AP News, Rabu (26/6), Chief Executive Cybereason, Lior Div, mengatakan bahwa karena pelanggan tidak ditargetkan secara langsung, mereka mungkin tidak akan pernah tahu bahwa setiap gerakannya diawasi oleh para peretas.
"Para perestas memanfaatkan perusahaan telekomunikasi untuk dijadikan sistem pengawasan, dan mereka tidak tahu kalau sedang diretas," katanya.
Div mempresentasikan temuannya di konferensi Cyber Week di Tel Aviv, Israel. Dalam pertemuan itu, dia memaparkan sedikit detail tentang target peretasan.
Sementara itu, Cybereason telah dipanggil untuk membantu penyedia jaringan selular guna menyelidiki kasus peretas tersebut. Cybereason enggan membuka data, baik data peretas maupun korban peretasan. Namun, dikatakan beberapa korban berasal dari tokoh politik dan militer.
"Informasi itu sangat sensitif sehingga kami tidak akan memberikan data apapun terkait penelitiam ini. Aku bahkan tidak akan berbagi pada dunia," kata Div.
Nemun, Cybereason mengatakan, ada 10 perusahaan yang menjadi korban peretasan. Data yang dicuri pun cukup besar, yakni 100 gigabyte.
Div mengatakan, dalam beberapa kasus, peretas bahkan tampak melacak perangkat non-ponsel, seperti mobil atau jam pintar. Sementara itu, ketika The Associated Press meminta tanggapan terkait kasus tersebut, FBI di Washington enggan bicara.