Jakarta, Gatra.com - Indonesia adalah salah satu negara yang paling aktif dalam melibatkan diri di misi-misi penjagaan perdamaian dunia atau peacekeeping. Salah satu tantangan besar dalam peacekeeping ternyata adalah permasalahan-permasalahan dari dalam.
"Masalah seperti pendanaan dan peralatan yang terbatas, kesiapan personel peacekeeping yang belum memadai, celah di antara mandat, dan kurangnya komitmen dalam solusi politik," ucap Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Abdurrahman Mohammad Fachir saat menghadiri konferensi internasional "Preparing Modern Armed Forces for Peacekeeping Operations in the 21st Century" di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (26/6).
Tantangan-tantangan seperti ini, ungkap Fachir selalu berkelanjutan dalam menyusul sumber daya yang telah diakumulasi dan menguras "kolam" kapabilitas yang telah dikontribusikan oleh negara-negara anggota misi perdamaian. Ini adalah permasalahan yang serius, karena artinya kemampuan pasukan perdamaian sangat terbatas.
"Dengan meningkatnya ekspektasi dalam misi perdamaian dunia, kita juga harus mulai sadar bahwa kita tidak bisa meminta para penjaga perdamaian kita untuk melakukan lebih berdasarkan sumber daya yang ada (kurang)," tambah Fachir.
Itulah mengapa Fachir mengatakan bahwa penting sekali untuk membangun sebuah dukungan kolektif yang bisa membantu agenda dan komitmen demi lancarnya aksi penjagaan perdamaian. Berdasarkan pengalaman Indonesia dalam misi penjagaan perdamaian, Fachir mengatakan kunci dari perdamaian adalah "manusia" atau para personel peacekeeper.
"Kemampuan dari personel peacekeeper akan memainkan peran yang penting dalam menyelesaikan mandat yang diberikan secara aman, efektif, dan tertata," tambah Fachir.